BERBALIK ARAH BUKAN BERARTI MUNAFIK

Merasa menyesal setelah melakukan suatu kesalahan yang terbiasa dilakukan? Ya, suatu penyesalan memang selalu bersanding dengan 'setelah'. Kadang penyesalan telah membuat kita sadar untuk melakukan perlawanan atas kesalahan dalam berbuat yang selama ini kita perjuangkan dan 'dianggap' benar. Berbalik arah untuk memberontak jalan yang selama ini telah dilalui adalah hal yang sulit dan menyakitkan. Tapi lebih baik sakit saat berjuang dan akan tersenyum di akhir daripada harus berdiam diri dalam jurang penyesalan dan hanya mengutuk masa lalu (lebih baik kutuk jurang menjadi jembatan). Berjuang menegakkan apa yang selama ini telah diinjak, kenapa takut untuk sebuah kebenaran?

Kadang diperlukan sebuah bencana untuk mendapatkan pelajaran. Agree?

Berfikirlah jauh untuk apa hidup di dunia ini. Bukan karena munafik tapi beruntung 'bencana' diberikan sebagai penunjuk jalan ke ujung yang indah.

Di sisi lain, (MUNGKIN) beberapa kawan yang dulu berjuang sejalan kini menentang dan menghakimi dengan kata munafik. Ya, itu hak mereka untuk menilai. Tapi yang perlu diingat, mereka bukan Tuhan yang bisa menghakimi dan mengadili.Berbeda itu sudah biasa tapi bagaimana cara kita menyikapi, menghargai, dan bersatu didalamnya. Karena INTROSPEKSI, KESADARAN, PERUBAHAN, KEDEWASAAN untuk memperbaiki segalanya bukanlah MUNAFIK. Kita bukan superman, mereka bukan Tuhan. Karena pada hakikatnya kita semuanya adalah manusia biasa yang tak luput dari khilaf..

BE YOURSELF!!

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar