Perpustakaan Cinta 2


Nisya masih saja memandang punggung seorang cowok yang duduk di depannya. Sudah sejak setengah jam yang lalu Nisya duduk termenung memandang cowok itu. Dia sudah tidak memperdulikan novel yang sangat ingin dia baca. Sekarang dia lebih ingin memandang cowok yang sudah sering dia lihat dan ia pandangi selama 3 bulan itu. Nisya tahu cowok itu bernama Juna dan bersekolah di SMA 1 yang terletak di dekat perpustakaan.
            “Ini pertama kalinya aku jatuh cinta. Selama 17 tahun aku hidup, baru kali inilah aku merasakan perasaan cinta yang sangat indah ini. Aku masih ingat dengan jelas awal pertemuan dan awal aku merasakan perasaan yang indah ini dulu. Juna adalah cowok yang telah membuat perasaan ini tumbuh dengan indah dalam hatiku.” Ucap Nisya dalam hati masih terus memandangi Juna.
Nisya’s flashback
            “apakah ini cinta? Perasaan ku berdebar-debar indah ketika memandangnya. Nyaman sekali rasanya. Waktu terasa berhenti lebih lama setiap kami saling bertatapan. Ahh, aku sudah terbuai oleh cinta ini.” Baca Nisya sambil tersenyum bahagia.
            “haah, dasar Nisya. Udah terserang virus percintaan dalam novel dia.” Kata Kiran sahabat Nisya.
            “iya tuh. Sekarang dia udah masuk ke dalam dunia khayal percintaan dalam novel. Kalau gini terus, kapan dia bisa nemuin kisah cinta yang nyata di dunia ini.” Tambah Sasya sahabat Nisya yang lain.
            “eh, lebih baik kita tinggalin aja yuk. Biar aja dia senirian di sini sambil menikmati khayalannya itu.” Bisik Kiran pada Sasya.
            “oke deh.” Sasya menyetujui usul Kiran.
            Sasya dan Kiran menghitung mundur untuk berlari mninggalkan Nisya. “3,, 2,,, 1… bye Nisya. Kami pergi dulu ya. Selamat melanjutkan mimpi percintaan novelmu. Bye.” Teriak Sasya dan Kiran sambil berlari.
             “ hei jangan tinggalin aku dong. Tunggu, aku beresin buku-buku ini dulu. Sasya,, Kiran” Teriak Nisya memanggil ke dua sahabatnya untuk menunggu. Dia berlari mengejar mereka. Sayangnya Sasya dan Kiran sudah berlari keluar perpustakaan.
            “hei jangan berlari-larian di perpustakaan.” Teriak penjaga perpustakaan memperingatkan Nisya.
            Nisya berjalan menuju tempat meja penjaga perpustakaan sambil menunduk lelah. Dia tidak memperhatikan jalan ke depan, sehingga dia menabrak seorang cowok yang berjalan ke arahnya. Buku-buku yang di bawa Nisya jatuh berantakan di lantai.
            “ukh, maaf. Aku nggak memperhatikan jalan. Jadi nabrak kamu.” Kata Nisya sambil menunduk. Dia pun memungguti buku-bukunya yang terjatuh di lantai.
            “nggak, apa-apa kok. Lagi pula aku juga salah, jalan sambil baca buku.” Sahut cowok itu sambil memungut bukunya dan membatu Nisya memungut buku-bukunya.
            Saat memungut buku yang terakhir, tidak sengaja tangan Nisya bersentuhan dngan tangan cowok itu. Mereka saling memandang satu sama lain. Tiba-tiba perasaan nyaman menghinggapi hati Nisya dan membuat jantung Nisya berdetak cepat. Waktu serasa berhenti saat Nisya memandang cowok itu. Tetapi Nisya segara tersadar menunduk lagi.
            “maaf.” Ucap Nisya dan cowok itu berbarengan sambil berdiri. Merka memandang satu sama lain lagi.
            “Juna, ayo cepat.” Panggil teman cowok itu yang ternyata bernama Juna.
            Juna memberikan buku Nisya yang ia pungut tadi. Nisya menerima buku dari Juna dengan masih memandang Juna. Juna meninggalkan Nisya yang masih terbengong memandang Juna.  Nisya merasa waktu terhenti saat dia memandang Juna hingga Juna tidak tampak lagi keluar dari perpustakaan.
            Sejak saat itu, Nisya selalu pergi ke perpustakaan untuk memandang dan bertemu dengan Juna. Perasaan cinta mulai tumbuh di hati Nisya. Akan tetapi dia tidak berani mengobrol dengan Juna dan menyatakan cintanya pada Juna. Yang bisa dia lakukan hanyalah memandang Juna dari jauh.

Kembali ke waktu sekarang
            Nisya masih memandangi Juna yang sekarang sedang mencari buku. Nisya juga mengikuti Juna dan berpura-pura membaca buku yang dia pilih secara acak. Tetapi dia tetap memandangi Juna dan tidak memperhatikan buku apa yang sedang dia baca. Tiba-tiba Juna datang ke tempat Nisya masih sambil mencari buku. Nisya berpura-pura membaca buku yang dia pilih secara acak. Akan tetapi dia tidak mengerti isi buku itu.
            “maaf. Apakah kamu ingin meminjam buku itu?” tanya Juna pada Nisya. Nisya terkejut mendengar pertanyaan Juna. Dia tidak menyangka kalau Juna kan berbicara padanya.
            “I..i..iya. aku mau pinjam buku ini” jawab Nisya gugup. Wajahnya bersemu merah karena malu.
            “oh. Ya sudah. Apa boleh buat.” Kata Juna kecewa.
            Juna berniat meninggalkan Nisya yang masih gugup. Nisya melihat buku yang dia pilih secara acak tadi. Ternyata itu buku tentang kedokteran. Pasti Juna sdang mencari buku ini untuk belajar masuk universitas kedokteran. Nisya tahu bahwa Juna kelas 3 dan akan menghadapi UNAS serta SNMPTN.
            “ini. Silakan. Lagi pula aku masih bias meminjamnya lain waktu kok.” Kata Nisya sedikit berteriak sambil menyodorkan buku yang dia pegang. Dia menunduk malu dan gugup.
            “apa tidak apa-apa?” Tanya Juna. Nisya memandang wajah Juna dan mengangguk mantap. Juna mengambil buku yang di pegang Nisya sambil tersenyum manis, membuat jantung Nisya berdetak tidak karuan.
            “terima..” belum sempat Juna melanjutkan ucapannya, Nisya sudah berlari keluar perpustakaan, “…kasih.”
            Orang-orang yang tadi mendengar ucapan keras Nisya, bingung melihat tingkah Nisya. Penjaga perpustakaan juga berteriak kepada Nisya agar tidak berlari di perpustakaan.
            “orang yang menarik.” Gumam Juna melihat tingkah Nisya.

            Keesokan harinya, Nisya datang lagi ke perpustakaan, tetapi Juna belum datang ke perpustakaan. Dia tampak sangat kelelahan dan kurang tidur. Semalam dia tidak bisa tidur karena memikirkan kejadian kemarin dengan Juna. Nisya memutuskan untuk belajar karena 2 hari lagi ada semesteran. Lagi pula di sekitarnya banyak orang-orang yang belajar, dia jadi merasa tidak enak.
            “maaf, apa masih ada meja?” Tanya seorang cowok ke penjaga perpustakaan. Nisya mengenali suara itu. Itu adalah suara Juna. Sontak jantungntya berdegup dengan kencang.
            “maaf, mejanya sudah penuh semua.”  Jawab penjaga perpustakaan. Juna agak kecewa karena tidak ada meja lagi. Nisya segera membereskan buku-bukunya dan berdiri dari kursinya.
            “silakan. Di sini saja. Aku sudah selesai kok. “ kata Nisya saat Juna berjalan melewatinya.
            “makasih.” Sahut Juna yang langsung duduk di kursi Nisya tadi.
            Nisya berjalan meninggalkan Juna. Nisya tampak kecewa karena Juna tiak mengingatnya. Dia sempat berharap bahwa Juna akan mengingatnya dan mngajak ngobrol dengannya.
            “tunggu.” Panggil Juna. Nisya berhenti dan menoleh pada Juna. “kursi ini sudah kosong. Kamu sedang belajar kan. Kamu duduk lah di sini.“ tawar Juna.
            Nisya mengangguk mau dan segera berjalan ke tempat duduk di samping Juna. Dia segera duduk dan mengeluarkan bukunya. Nisya sangat senang karena bisa duduk di dekat Juna dan bisa ngobrol akrab dengan Juna. Tetapi, dia segera menghilangkan perasaan bahagianya dan serius mempelajari buku pelajarannya.
            “sini tanganmu.” Bisik Juna pada Nisya. Nisya bingung dengan perkataan Juna. Tetapi dia mengulurkan tangannya pada Juna. Juna memberikan coklat pada Nisya.
            “eh, coklat?” Nisya tidak percaya bahwa Juna akan memberikannya coklat.
            “di sini dilarang makan. Ini rahasia kita berdua ya?” kata Juna sambil membuka coklatnya.
            “eh,, te..te..terima kasih. Tapi apa boleh?” sahut Nisya gugup.
            “iya. Ini sebagai tanda terima kasihku sama kamu krena memberiku kursi dan pinjaman buku kemarin.” Jawab Juna
            Nisya kaget dan senang mendengar jawaban Juna. Dia tidak menyangka bahwa Juna masih mengingatnya karna kejadian kemarin. Saking senangnya dia membuka coklat pemberian Juna dan memakannya bulat-bulat. Tiba-tiba coklat yang dia makan nyangkut di tenggorokannya.
            “uhuk…uhuk…uhuk…” Nisya terbatuk-batuk karena coklat yang nyangkut di tenggorokannya.
            “hei kamu nggak papa?” tanya Juna khawatir.
            Juna menepuk-nepuk punggung Nisya. Akhirnya coklat itu bisa keluar dari tengorokan Nisya. Orang-orang yang ada di perpustakaan heran melihat Nisya dn Juna. Ada juga yang merasa terganggu karena tingkh Nisya. Nisya merasa menyesal karena tingkah dan kebodohannya. Dia mengira pasti Juna menganggap dia bodoh dan tolol. Akan tetapi Juna hanya tertawa saja.
            “kemarin dan hari ini kamu benar-benar lucu ya? Hahaha…” kata Juna senang.
            Nisya tidak percaya dengan apa yang dikatakan Juna. Dia tersenyum malu pada Juna. Setelah itu mereka berdua diam karena sudah ditegur oleh penjaga perpustakaan. Mereka berdiam dan sibuk mempelajari buku mereka masing-masing. Sesekali Nisya memperhatikan Juna. Tetap dia segera mengalihkan perhatian karena takut dipergoki oleh Juna.
            “boleh aku tahu namamu?” tanya Juna tiba-tiba setelah mereka diam selama ½ jam dan membuat Nisya kaget.
            “Anisya Salsabila. Tapi biasa dipanggil Nisya.” Jawab Nisya.
            “anak SMA 7 ya? Kelas berapa?” tanya Juna lagi.
            “iya. Aku kelas 2 SMA.” Jawab Nisya lagi.
            “kamu hebat ya. Pulang sekolah masih belajar lagi. Tetapi jangan terlalu memaksakan diri. Ada lingkaran hitam di bawah matamu tuh.” Kata Juna. Nisya merasa malu dan menutupi mukanya. Juna beranjak dari kursinya.
            “aku duluan. Bye.” Pamit Juna sambil melangkah pergi meninggalkan Nisya. Nisya agak sedih dan kecewa karena Juna sudah akan pulang. Tetapi baru beberapa langkah Juna berhenti dan berkata, “aku Juna Mikail Ananta. Kelas 3 SMA di SMA 1. Sampai jumpa”
            Juna melanjutkan langkahnya meninggalkan perpustakaan. Nisya senang sekali dengan kejadian hari ini. Karena dia bisa lebih akrab dengan Juna. Dia menggenggam erat kertas bungkus coklat yang diberikan Juna tadi. Dia akan menjaga bungkus coklat tadi sebagai barang berharga dan akan membuatnya sebagai pembatas buku.

            Keesokan harinya, Nisya datang ke perpustakaan seperti biasa. Tetapi hari ini dia akan belajar karena besok pagi sudah ujian semesteran. Tetapi sekali-kali dia menengok ke arah pintu masuk karena Juna beluam datang.
            “maaf buku tentang kesehatan jantung ada di sebelah mana letaknya.” Tanya seorang cowok ke penjaga perpustakaan. Nisya mengenal suara itu. Itu adalah suara Juna.
            “tunggu sebentar.” Jawab penjaga perpustakaan yang langsung mencari di komputer. “maaf di sistem komputer tidak ditemukan. Tunggu sebentar ya.” Lanjut pnjaga perpustakaan lagi.
            “tidak usah saja. Terima kasih.” Kata Juna kecewa. Juna brniat meninggalkan perpustakaan. Tetapi,,
            “kak Juna. Aku bantu carinya ya.” Tawar Nisya.
            “nggak usah ah. Perpustakaan ini kan luas. Lagi pula kamu kan sedang belajar. Kakak pinjam lain waktu aja.” Tolak Juna.
            “nggak papa kok kak. Aku pasti akan berusaha.”
            “ya udah, kalo gitu kita cari berdua aja.” Nisya dan Juna pun mencari buku tentang kesehatan jantung bersama-sama.
            Setalah 15 menit mencari, akhirnya Nisya menemukan buku yang di cari Juna. Sayangnya buku itu ada rak atas dan tidak dapat dijangkau oleh Nisya. Nisya berusaha mengambil buku itu. Walaupun sudah memakai kursi pendek, dia tetap tidak bisa menjangkaunya. Akhirnya Nisya ber-jinjit dan dapat mengambil buku itu. Tetapi keseimbangannya goyah dan dia pun jatuh ke belakang.
            “waa… aduh..”rintih Nisya kesakitan. Juna yang mendengar teriakan Nisya langsung datang ke tempat Nisya.
            “Nisya, kamu nggak apa-apa kan?” tanya Junaa khawatir.
            “iya, aku nggak apa-apa kok kak. Oh ya, ini buku yang kakak cari kan? Udah ketemu nie.” Kata Nisya sambil menyerahkan buku yang di cari Juna.
            “oh iya, makasih ya.” Kata Juna. Nisya tersenyum senang. Tiba-tiba pembatas buku Nisya dari bungkus coklat yang diberi oleh Juna, terjatuh dari saku rok Nisya.
            “ini ada yang terjatuh dari sakumu.” Kata Juna sambil mengambil pembatas buku Nisya.
            “ah,, ini… ini barang yang berharga buatku.” Kata Nisya keras karena saking gugupnya. Juna terkejut mendengar teriakan Nisya. Nisya juga sangat malu karena sangat malu dan bersemangat.
            “hahaha… karena telalu semangat kamu sampai tersenyum malu. Kamu benar-benar lucu ya.” Kata Juna sambil tersenyum dan membelai kepala Nisya.
            Setelah kejadian itu, Nisya dan Juna menjadi sangat dekat. Mereka sering mengobrol bersama dan Juna juga mengajarkan Nisya yang sedang menghadapi ulangan semester ganjil. Perasaan suka Nisya terhadap Juna juga semakin kuat. Tetapi dia belum berani mengungkapkannya langsung dengan Juna.

            Satu minggu kemudian, Nisya sedang tidur-tiduran di kamarnya. Dia sedang membayangkan hari-harinya bahagianya akhir-akhir ini. Nisya tersenyum senang jika mengingat Juna. Dia berpikir sekarang dia sedang mengalami kisah cinta yang seperti ada di dalam buku novel yang sering dia baca. Tiba-tiba bunda nya datang ke kamar Nisya.
            “Nisya, kamu belum tidur kan?” tanya ibu dari luar kamar.
            “iya, bun. Nisya belum tidur kok. Masuk aja.” Jawab Nisya sambil membereskan buku-bukunya yang berserakan di tempat tidur. Bunda pun masuk ke dalam kamar Nisya. “ada apa, bun?” tanya Nisya. Bunda duduk di tempat tidur Nisya.
            “begini, barusan ayah telpon dari Jakarta. Ini memang mendadak. Sepertinya ayah sudah pasti akan dipindah tugaskan di Jakarta. Makanya minggu depan kita akan pindah ke Jakarta. Lagi pula kamu kan juga akan masuk ke semester dua. Makanya semester dua besok kamu akan sekolah di Jakarta. Mama sangat kaget mendengar berita ini. Sampai-sampai gagang telpon mama jatuhkan. “ kata Mama.
            Nisya shock mendengar kabar itu. Dia tidak menyangka akan pindah ke Jakarta. Padahal dia sudah bisa dekat dengan Juna. Rasanya di tidak ingin pindah dari kota Yogyakarta ini. Tetapi mau gimana lagi. Ini sudah keputusan dari orang tuanya.

            Di sekolah, Nisya sudah mengabarkan kepindahannya kepada ke dua sahabatnya. Mereka juga sangat terkejut mendengar kabar dari Nisya.
            “minggu depan!! Kok cepat banget sih, nis?” tanya Kiran terkejut.
            “iya. Ini juga sekalian karena sudah mau akhir semester ganjil. Jadi nanti aku semester ke dua ada di sana.” Jawab Nisya sedih.
            “kamu pindah kemana? Jauh nggak? minta alamat barumu dong?” tanya Nisya berbondong-bondong.
            “hei kamu tuh, nanya satu-satu dong. Jangan langsung gitu. Nisya kan jadi bingung.” Kata Kiran.
            “udah, nggak apa-apa kok, kir. Kata bunda, ayah di pindah tugaskan ke kantor pusat di Jakarta. Aku belum tau alamatnya. Tapi besok kalau udah tau, aku kasih tahu kalian kok.” Ujar Nisya.
            “lalu kak Juna gimana? Udah kamu kasih tahu?” tanya Kiran. Nisya hanya bisa terdiam sedih. Dia sudah memikirkan masalah kepindahnnya dan kak Juna semalam. Tetapi dia tidak tahu harus gimana.
            Nisya hanya bisa mengeleng dan berkata, “aku juga belum tau gimana. Aku belum siap pisah sama kak Juna. Aku udah terlajur suka dan sayang sama dia. Kayaknya aku belum bisa datang ke perpustakaan hari ini deh.” Nisya sedih karena harus pisah dengan kak Juna.
            “sabar ya, nis. Pasti ada jalan keluarnya kok.” Kata Sasya dan Kiran menghibur Nisya. Nisya mengangguk sambil tersenyum sedih.

            Sudah 3 hari Nisya tidak datang ke perpustakaan. Dua hari lagi dia sudah akan pergi meninggalkan kota tercintanya Yogyakarta dan pindah ke ibukota Indonesia Jakarta. Sejujurnya disa sudah sangat rindu sekali ingin bertemu dengan Juna. Tetapi dia masih belum bisa bertemu dengan Juna. Dia juga tidak tahu harus bilang apa jika bertemu dengan Juna.
            Karena sudah tidak tahan lagi ingin bertemu dengan Juna, Nisya memutuskan pergi ke perpustakaan. Saat tiba disana, ternyata Juna belum datang. Nisya hanya duduk dan membaca novel di salah satu kursi. 15 menit kemudian, Juna tiba di perpustakaan. Dia berjalan menuju meja penjaga perpustakaan untuk mengembalikan buku.
            Nisya masih belum siap menemui Juna. Dia bersembunyi di salah satu rak buku yang tidak jauh dari meja penjaga perpustakaan. Di rak itu juga adalah tempat dulu dia ngobrol untuk pertama kalinya dengan Juna. Dari tempatnya bersembunyi Nisya dapat mendengar suara Juna yang sangat ia rindukan.
            “ini saya mau mengembalikan buku.” Kata Juna menyerahkan bukunya. Petugas itu melihat buku yang akan dikembalikan Juna.
            “iya, sudah. Nanti biar saya kembalikan di rak.” Kata penjaga perpustakaan.
            “tidak usah. Biar saya saja yang mengembalikan. Lagi pula saya juga ingin mencari buku di rak tempat buku itu.” Kata Juna sambil mengmbil buku yang dikembalikannya tadi.
            “oh ya, terima kasih.” Ucap penjaga perpustakaan. “ah, ngomong-ngomong, akhir-akhir ini kamu tidak pernah bareng sama pacarmu lagi? Kemana sebenarnya dia?” tanya penjaga perpustkaan.
            “apa? Siapa?” tanya Juna balik
            “itu gadis yang berambut panjang itu. Yang sering belajar bareng sama kamu.” Kata pnjaga perpustakaan.
            “haduh,, ibu lihat ya? Saya juga nggak tau kenapa dia tidak datang. Lagi pula saya juga nggak kenal dekat dia. ” sahut Juna malu.
            “lho, saya kira kamu pacaran sama dia. Habisnya dia selalu tersenyum mesra padamu sih. Makanya saya kira kamu pacaran sama dia.” Ujar penjaga perpustakaan itu.
            “jangan salah paham. Kami Cuma teman saja. Nggak lebih. Jangan berpikir yang aneh-aneh. Ya sudah, saya mau ngembaliin buku ini dulu sambil mau pinjam buku lagi. Permisi.” Pamit Juna
            “maaf ya, saya cuma mau menggodamu. Ya sudah silakan. Kalau ada yang mau ditanyakan, datang kesini sja.” Kata penjaga perpustakaan.
            Juna meninggalkan meja penjaga perpustakaan. Dia menuju ke rak yang dulu pertama kali dia ngobrol dengan Nisya karena buku itu berada di tempat itu. Dia melihat Nisya juga ada di tempat itu. Dia mendatangi Nisya dan menyapanya.
            “Nisya. Akhirnya kamu datang juga. Selama ini aku cari-cari kamu, tetapi kamu nggak pernah datang. Oh ya, ini. Maaf aku yang pinjam duluan. Trima kasih ya.” Kata Juna. Dia menyodorkan buku yang dulu dia pinjam dan membuat Nisya bisa berbicara dengan Juna. Nisya kembali mengingat hari itu. Hari di mana dia bisa mengobrol dengan Juna.
            “aku tidak bisa meminjamnya lagi. Karena aku harus segera pindah.” Kata Nisya sedih.
            “eh, maksudmu?” Juna terkejut dan bingung mendengar perkataan Nisya.
            “sebenarnya aku tidak pernah bisa baca buku sesulit itu. Aku hanya bisa membaca komik dan cerpen. Aku juga datang ke sini bukan untuk belajar. Aku selalu datang kesini karena aku menunggu kedatangan kakak. Selalu setiap hari. Aku selalu suka sama kaka. Selamat tinggal. Permisi.” Akhirnya Nisya bisa juga mengatakan perasaannya. Dia lega, walaupun akhirnya dia bertepuk sebelah tangan. Nisya menahan tangisnya selama mengatakan yang sebenarnya pada Juna. Setelah mengatakan itu, Nisya berlari meninggalkan Juna yang terkejut mendengar perkataannya.  Nisya berlari smbil menangis mengingat nasib cinta pertamanya.
            Nisya akhirnya harus pindah ke Jakarta. Dia menyiapkan barng-barangnya. Saat menemukan pembatas buku dari bungkus coklat yang diberikan Juna, Nisya jadi teringat lagi pada Juna. Tetapi di mencoba menghilankan bayangan Juna dari pikirannya. Akhirnya Nisya membuang pembatas buku itu. Dia sudah bertekad tidak akan mengingat Juna lagi. Dia akan memulai hidup baru di Jakarta dan mencari cinta baru di sana. Nisya dan keluarganya berangkat ke Jakarta.

            Sudah satu minggu lebih Nisya dan keluarganya tinggal di Jakarta. Akan tetapi dia belum bisa melupakan Juna dari pikirannya. Dia masih saja terus mengingat Juna dan merindukannya. Akhirnya, Nisya datng k perpustakaan yang ada di Jakarta yang tidak jauh dari tempat tinggalnya.
            Tiba di perpustakaan itu, entah kenapa langkah kaki Nisya membawanya pergi menuju tempat rak biologi. Dia juga mengambil buku tentang kedokteran yang dulu bisa membuatnya mengobrol dengan Juna setelah hanya bisa memandangi Juna selama 2 bulan. Nisya membuka-buka buku itu. Akan tetapi tetap saja dia tidak mengerti isi buku itu. Nisya mendekap buku itu. Dia memejamkan matanya dan kembali membayangkan saat dulu dia mengobrol dengan Juna. Dia masih sangat mengenal gya bicara Juna.
            “kamu mau meminjam buku itu.” Nisya merasa seperti mendengar suara Juna. Tetapi dia merasa kalau dia telah berhalusinasi.
            “kamu mau meminjam buku itu.” Suara itu terdengar lagi sebanyak 2x dan seperti semakin dekat. Nisya heran kenapa bisa begitu. Setelah terdengar untuk ke tiga kalinya, akhirnya Nisya membuka matanya dan berbalik ke belakang. Dia sangat terkejut melihat Juna ada di hadapannya. Dia merasa ini mimpi. Nisya mencubit pipnya yang ternyata terasa sangat sakit. Ternyata ini bukan mimpi dan khayalan Nisya. Juna memang benar-benar berdiri di hadapannya.
            “lama tidak bertemu, Nisya.” Kata Juna.
            “haa? Bagaimana bisa kakak ada di sini?” tanya Nisya bingung.
            “apa maksudmu tentu saja aku meminjam buku itu.di perpustakaan-perpustakaan di Yogyakarta nggak ada. Aku mencarinya di mana-mana. Akhirnya ketemu juga. Itu yang kamu bawa.” Jelas Juna menunjuk buku yang di bawa Nisya.
            “aneh. tapi kan, kakak udah pernah pinjam buku ini dulu.” Kata Nisya bingung sambil memperlihatkan buku yang dia bawa. Juna melihat buku yang di bawa Nisya dan menggaruk rambutnya yang tidak gatal karena malu dan panik.
            “haah.. memang gawat kalau tidak ada kamu. Makanya aku ingin bertemu denganmu, Nisya. Jangan bicara dan kabur begitu saja. Setelah kamu pergi, aku berusaha mencari ke sekolahmu dan bertanya pada teman-temanmu. Akhirnya aku tahu alamatmu yang baru dan datang ke rumahmu tadi. Tapi kamu tidak ada di rumah. Saat lewat perpustakaan ini, aku berpikir kamu ada di sini….” Jelas Juna yang langsung di hentikan oleh Nisya.
            “Terima kasih karena kakak sudah mencariku dan menganggapku sebagai teman.” Kata Nisya memotong penjelasan Juna. Dia membungkuk agar bisa menahan air matany yang hampir keluar. Dia tidak ingin terlalu berharap dan patah hati lagi.
            “ahh… jangan-jangan kamu dengar pembicaraanku dengan penjaga perpustakaan itu ya?” Tanya Juna sambil mengacak-acak rambutnya karena malu.
            “iya. Makanya aku tidak mau dengar jawaban untuk pernyataan cintaku untuk kakak.” Kata Nisya masih sambil membungkuk.
            “haah.. bodoh.. ngobrol dengan orang lain di tempat seperti itu, mana mungkin aku mengatakan perasaanku yang sebenarnya.” Sahut Juna kesal. Dia memegang bahu Nisya agar berdiri tegak dan memeluknya dengan lembut.
            “apa aku bisa menyatakan selamat tinggal setlah gadis yang aku sukai menyatakan perasaannya padaku?” lanjut   Juna. Nisya terkejut mendengar pernyataan Nisya. “aku cinta kamu, Nisya.” Nisya bahagia mendengar pernyataan Juna.
            “aku juga cinta kakak dari dulu, sekarang, dan selamanya.” Kata Nisya senang.
            Mereka berpelukan selama beberapa waktu untuk melepas rasa kangen dan bahagia mereka. Setelah itu Juna melepas pelukannya dan mengajak Nisya untuk duduk di salah satu kursi. Dia ingin mengobrol dan menyampaikan berita untuk Nisya.
            “Nis, sebenarnya aku datang ke Jakarta selain mau ketemu kamu, aku juga sekalian mau ngajuin karya ilmiah ku ke UI. Sebenarnya dulu aku sering ke perpustakaan karena nyari reverensi untuk makalah karya ilmiah buat ngajuin beasiswa kuliah di UI. Ternyata aku dapet beasiswa itu. Makanya setelah lulus SMA, aku akan langsung pindah k Jakarta dan ngelanjutin kuliah di UI jurusan kedokteran.” Kata Juna menyampaikan kabar gembira pada Nisya.
            “yang benar kak. Selamatnya ya kak. Aku ikut senang dengernya.” Kata Nisya senang.
            “iya. Sama-sama. Ini juga berkat kamu juga kok. Dulu aku nyari-nyari buku kedokteran ini buat reverensi. Tetapi buku ini sulit banget di temukan. Aku udah nyari kemana-mana dan aku tau kalau di perpustakaan dekat sekolah ada bukunya. Sayangnya buku itu nggak ada di system computer dan nyarinya juga sulit. 3 hari aku cari buku itu, tapi berkat kamu aku bisa pinjam buku itu dan makalah ku bisa selesai dengan baik dapat nilai sempurna. Makasih ya.” Cerita Juna.
            “iya, kak. Sama-sama. Jadi kakak bakalan mulai tinggal di Jakarta 6 bulan lagi?” Tanya Nisya.
            “iya. Rencananya 3 hari lagi kakak balik ke Yogya buat persiapan UNAS. Kakak nggak bisa ke Jakarta selama 6 bulan ini karena persiapan UNAS. Kamu nggak apa-apa kan kalau kakak nggak kesini? Dan Kamu mau kan nunggu kakak sampai kakak bisa lulus dan pindah ke sini?” Tanya Juna.
            “iya. Aku nggak apa-apa kok kak. Lagi pula kita kan masih bisa berhubungan pake HP, E-Mail, dll. Aku pasti akan selalu nunggu kakak. Karena aku sayang sama kakak.” Kata Nisya tersenyum senang.
            “makasih Nisya. Kakak juga sayang kamu kok.” Kata Juna mencium kening Nisya.

6 bulan kemudian
            Nisya menunggu kedatangan Juna di bandara yang akan setengah jam lagi. Dia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Juna setelah 6 bulan berpisah. Setelah mereka jadian, Juna dan Nisya terpaksa berpisah sementara karena Juna harus mempersiapkan diri untuk menghadapi UNAS. Selama 6 bulan mereka hanya berhubungan dengan alat telekomunikasi saja. Tetapi sekarang merka bisa saling melepas rindu dan bersama-sama selamanya.
            15 menit, Nisya menunggu. Akhirnya pesawat Juna tiba juga di bandara. Nisya segera mencari Juna di antara orang-orang yang baru tiba di Jakarta. Nisya mencoba memejamkan mata dan mendengar suara kaki langkah Juna dari banyak suara langkah orang di bandara itu. Nisya sudah sangat hapal suara kaki langkah Juna walaupun banyak suara kaki langkah orang. Dia segera menemukan suara langkah kaki Juna yang berdiri tidak jauh darinya. Nisya membuka matanya dan melihat Juna yang tidak jauh darinya. Dia segera berlari ke arah Juna. Juna juga berlari ke arah Nisya dan mereka pun berpelukan di tengah-tengah orang-orang yang berjalan di sekitar mereka.
            “akhirnya kakak datang juga. Aku kangen sekali sama kakak.” Kata Nisya dipelukan Juna
            “aku juga kangen sama kamu, Nis.” Kata Juna sambil membelai rambut Nisya.
            “I Love You, kak Juna.” Kata Nisya lembut sambil melepas pelukannya.
            “I Love You To, Nisya.” Balas Juna sambil mencium kening Nisya.
            Mereka pun berjalan berpelukan meninggalkan bandara menuju ke rumah paman Juna yang akan dia tempati selama di Jakarta. Setelah itu hubungan Nisya dengan Juna semakin harmonis saja. Mereka sering pergi ke perpustakaan untuk berpacaran sambil membaca buku. Mereka saling mencintai satu sama lain untuk selamanya.

SELESAI

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Perpustakaan Cinta 1


“Aisyah.” Panggil seorang gadis ke seorang gadis berambut panjang yang sedang berjalan membawa tumpukan buku. Aisyah berbalik dan tersenyum pada gadis yang memanggilnya tadi.
            “Hei, Chika.” Sapa Aisyah pada sahabatnya Chika, gadis yang memanggilnya tadi.
            “kamu kok belum pulang? Dan ini buku-buku apa?” tanya Chika.
            “ aku pulang nanti. Hari ini jadwalku buat jaga perpustakaan. Ini buku-buku baru buat perpustakaan. Kebetulan tadi Pak Agus minta tolong supaya di bawain sisa buku-buku baru ini. Yang lainnya udah ada di sana.” Jelas Aisyah.
            “ooh, gitu. Iya, ya, hari inikan hari rabu. Biasanya kan kamu jaga perpus tiap hari Senin, Rabu, Sabtu. Aku bantuin bawainnya ya? Kayaknya kamu keberatan bawainnya deh.” Tawar Chika.
            “nggak usah. Aku bisa bawainnya kok. Lagipula kamu bentar lagi mau ekskul tenis kan?” tolak Aisyah
            “udah, nggak papa kok. Lagi pula aku kan juga sekalian ke lapangan. Lapangan tenis kan dekat perpustakaan. Jadi sekalian aku kesana.” Balas Chika.
            “ya udah, deh. Makasih ya.” Aisyah akhirnya memberikan setengah buku yang dia bawa ke Chika. Mereka pun berjalan bersama menuju ke Perpustakaan.

            “ini taruh mana, syah?” tanya Chika.
            “taruh bawah meja itu aja. Nanti masih aku data dulu buku-bukunya.” Jawab Aisyah.
Chika menaruh buku-buku yang ia bawa ke tempat yang di tunjuk oleh Aisyah. Selesai menaruh buku, Chika memandang ke seluruh perpustakaan. Dia heran melihat seorang cowok yang duduk dekat jendela, tidak jauh dari tempat mereka. Cowok itu dari tadi melihat serius ke arah mereka dan tidak membaca buku di hadapannya. Sepertinya dia kenal dengan cowok itu tapi dia lupa pernah liat dimana.
“syah, kamu tau cowok itu nggak?” bisik Chika.
“cowok yang mana sih?” tanya Aisyah balik sambil menata buku yang sudah dibawa pak Agus tadi.
“itu cowok yang duduk di dekat jendela. Dari tadi kok ngeliatin kita terus ya?” sahut Chika penasaran.
Aisyah berbalik untuk melihat cowok yang dimaksud oleh Chika. Tiba-tiba cowok itu cepat-cepat memandang serius buku di mejanya. Chika merasa heran melihat kelakuan cowok itu. Sementara Aisyah juga agak merasa heran dan aneh melihat tingkah cowok itu, tetapi dia tidak terlalu peduli. Dia kembali sibuk membereskan buku-buku baru perpustakaan.
“aku nggak tau itu cowok siapa. Tetapi dia emang sering dateng kesini sejak 3 bulan yang lalu.”
“ohh.. Eh, ya udah. Aku duluan ya. Sori nggak bisa bantu kamu buat ngeberesin buku-buku ini. Habis kayaknya lathiannya udah mau di mulai tuh.” Kata Chika yang melongok keluar jendela melihat ekskul tenis akan segera dimulai.
“Oh, ya udah nggak papa kok. Lagipula ini juga hampir selesai beres-beresnya.”
“ya udah, aku duluan ya. Bye.”
“Bye.”
Chika meninggalkan perpustakaan dan berjalan menuju lapangan. Aisyah kembali melanjutkan membereskan buku-buku baru perpustakaan. Sedangkan cowok yang mereka bicarakan tadi memandang keluar jendela dan tidak menekuni bukunya lagi.
Selesai membereskan buku-buku baru, Aisyah meneliti buku-buku yang dikembalikan dan yang dipinjam oleh orang-orang. Saat merenggangkan otot-ototnya, tanpa sengaja Aisyah mmandang ke arah cowok itu. Dia melihat cowok itu saksama.
Sebenarnya Aisyah tahu cowok itu bernama Ilham. Ilham adalah cowok murid pindahan dari kelas 3-2 sejak 4 bualn yang lalu. Ilham sering datang kesini sejak 3 bulan yang lalu dan selalu duduk di kursi yang sekarang ia tempati. Akan tetapi tatapannya lebih lama terarah ke luar jendela sambil tersenyum dan tersipu malu. Aisyah berpikir mungkin Ilham sedang jatuh cinta dan dia kesini untuk memandangi orang yang disukainya.
Ilham mengangkat tangannya karena merasa silau. Karena merasa bahwa Ilham silau dengan sinar matahari, Aisyah berniat menutup korden jendela.
“tolong jangan di tutup kordennya.” Pinta Ilham sambil menengok ke arah Aisyah.
“eh, tenang aja. Jendela di sana nggak akan aku tutup kok. Tapi apa sinar mataharinya nggak bikin kamu silau?” Tanya Aisyah.
“iya, sih. Tapi dari sini aku bisa liat dia dengan jelas.” Jawab Ilham kembali memandang ke arah luar jendela.
Aisyah juga ikut memandang ke arah luar jendela. Di sana ada lapangan Tenis dan anggota Tenis yang sedang melakukan latian tenis.
“orang yang kamu sukai anggota klub tenis ya?” tanya Aisyah. Aisyah langsung menutup mulutnya.
“habisnya kamu sering tersenyum sambil melihat keluar jendela. Jadi kupikir kamu sedang mengamati orang yang kamu sukai itu.” Jelas Aisyah cepat-cepat. Muka Ilham merona malu mendengar penjelasan Aisyah
“a.ak..aku..” Aisyah jadi merasa nggak enak setelah mengatakan itu semua.
“kelihatannya menjijikan ya?” tanya Ilham malu.
“eh, maksudnya?” tanya Aisyah bingung. Dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
“hanya bisa melihat orang yang disukai dari jauh dan tidak berani ngobrol langsung dengannya.” Ujar Ilham masih malu.
“ng,, nggak kok. Menurutku pasti senang rasanya, merasakan perasaan indah yang lain dari biasanya. Aku iri pada orang yang kamu sukai itu.” Kata Aisyah.
Mereka berdua langsung diam dengan pikiran mereka masing-masing. Aisyah langsung menyesal karena telah mengatakan yang seenaknya saja. Tetapi sebenarnya dia merasakan hal aneh karna ada cowok yang seperti itu merasa malu dan kaku dengan perasaannya.

Aisyah berjalan menuju ke perpustakaan dengan perasaan yang cemas dan khawatir. Dia takut Ilham tidak akan datang lagi setelah kemarin dia mengetahui tentang perasaannya. Saat memsuki perpus, dia lega karena Ilham ada di perpustakaan. Aisyah kembali melakukan tugasnya sebagai penjaga perpustakaan. Sesekali dia memperhatikan cowok itu tapi cepat-cepat dia mengalihkan perhatiannya.
“haah, aku ini kenapa sih? Dari tadi kok ngeliatin dia terus. Dia kan udah puna cewek ang di sukai. Haha, udahlah. Lebih baik aku kembaliin buku-buku in ke rak.” Gumam Aisah dalam hati.
Aisyah mengambil buku-buku yang akan dia kembalikan ke rak. Dia mengatur buku-buku dalam rak menurut jenis buku itu dan awal huruf judul buku. Saat akan mengembalikan buku di rak paling atas, Aisyah sedikit mengalami kesulitan. Dia mencoba men-jinjitkan kakinya agar lebih tinggi. Tetapi saat bukunya hampir masuk, buku itu jatuh dan mengenai kepala Aisyah.
“aduh..” Rintih Aisyah
“kamu nggak apa-apa?” tanya Ilham membuat Aisyah kaget.
“kalau mau naruh buku di rak atas kan harus pakai tangga.” Lanjut Ilham.
“ah, iya ya. Kenapa nggak kepikiran ya?” sahut Aisyah tertunduk malu.
Ilham mengambil buku yang di jatuhkan Aisyah dan berjalan mendekati Aisyah. “ini dimana? Di sini?” tanya Ilham sambil menaruh buku di tempat tadi Aisyah mau menaruh buku itu.
“iya. Makasih.” Jawab Aisyah.
Mereka saling memandang satu sama lain. Aisyah bersemu merah saat memandang wajah Ilham dan jantungnya berdetak kencang. Sementara Ilham terlihat biasa aja walaupun dia juga merasakan perasaan yang aneh. Aisyah cepat-cepat mengalihkan perhatiannya. Dia tidak mau Ilham mengetahui perasaannya yang sangat malu.
“aku bantu merapikan ya? Supaya cepat selesai.” Tawar Ilham. Dia mengambil buku yang di taruh Aisyah di lantai.
“eh, nggak usah. Lagi pula ini juga udah mau selesai kok. Lagi pula ini udah tanggung jawab ku dan aku juga gk mau ngerepotin kamu.” Tolak Aisyah
“nggak apa-apa kok. Lagi pula biar cepat selesai kalau di kerjakan berdua. Aku juga nggak terlalu repot dan masih senggang.” Sahut Ilham.
Ilham membantu Aisyah mengembalikan buku-buku perpustakaan di tempat yang benar. Perasaan aneh yang menghinggapi Aisyah tadi bertambah kuat. Jantungnya pun berdetak lebih cepat. Wajahnya bersemu merah karena malu. Saat Aisyah mengembalikan buku di rak, Ilham juga mengembalikan buku di rak yang sama hanya saja di bagian atas.
“permisi sebentar.” Pinta Ilham membuat kaget Aisyah. Perasaan yang menghinggapi Aisyah tadi bertambah kuat saja dan dia sama sekali tidak tau perasaan apa yang sedang ia rasakan.
“orang yang di sukai Ilham seperti apa?” tanya Aisyah tiba-tiba sambil memandangi Ilham. Dia segera menutup mulutnya dan merasa bersalah.
“hah?” Ilham bingung mendengar pertanyaan Aisyah
“anu, aku hanya penasaran. Karena kamu terlihat sangat menyukainya dan sering sekali melihat lewat jendela.” Aisyah mencoba menjelaskan maksudnya. Ilham hanya diam saja membuat Aisyah semakin bersalah dan salah tingkah.
“emm… ini memang bukan urusanku. Maaf lupakan saja pertanyaan aku tadi.” Aisyah meralat ucapannya dan kembali merapikan buku-bukunya.
“Dia anak kelas C.” jawab Ilham tiba-tiba sambil merapikan buku lagi.
“anak kelas C. Itukan kelas ku. Dia juga anak anggota ekskul Tenis. Anak kelas ku yang anggota ekskul Tenis kan?? Jangan-jangan…….. Chika” gumam Aisyah. Aisyah memandang ke arah Ilham. Ilham pun juga melihat ke arah Aisyah. Aisyah segera mengalihkan pandangannya karena wajahnya bersemu merah. Mereka tak berbicara lagi dan melanjutkan kegiatan mereka.

Keesokan harinya, Aisyah terus saja memikirkan soal Ilham. Dia juga bingung dengan perasaannya terhadap Ilham. Dia jadi tidak terlalu perhatian pada pelajaran dan terus aja memikirkan Ilham. Dia juga memikirkan kemungkinan siapa gadis yang di sukai sama Ilham.
“siapa sih yang sebenarnya yang disukai Ilham ya. Anak kelas ku dan masuk ekskul tenis? Hmm.. apakah maksudnya itu Chika ya? Dia kan anak ekskul Tenis juga. Lalu dulu sewaktu Chika ke perpus, Ilham juga nunjukin kalau dia suka sama Chika. Eh, tapi kenapa aku jadi mikirin Ilham ya? Kenapa juga aku harus ngerasa sakit hati dan cemburu? Cemburu? Haah, masa sih aku suka sama Ilham. Nggak mungkin ah.. nggak..nggak mungkin.. ah pusing aku.” Gumam Aisyah dalam hati. Dia terus memikirkan Ilham dan perasaannya terhadap Ilham.
“Azusa.. azusa.. hello.. kamu dengerin aku nggak sih?” panggil Chika karna Aisyah tidak mendengarkan ceritanya. Aisyah terlalu memikirkan Ilham serta perasaannya terhadap Ilham. Sampai-sampai dia tidak mendengarkan cerita Ilham.
“eh, tadi kamu cerita apa, Chik?” tanya Aisyah nggak enak hati.
“latihan kemarin berat sekali. Sampai-sampai tangan dan kakiku pegal sekali.” Keluh Chika.
“kan hampir pertandingan. Jadi pasti latihannya tambah berat. Udah semangat aja” nasehat Aisyah.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Cewek Macho


            “dulu waktu kakak gue umur 3 tahun pas tahun baru, kakak gue pernah di tanyain sama nyokap bokap gue, ‘tahun baru ini kamu mau minta apa?’. Lalu kakak gue jawab, ‘Cantika mau adik laki-laki.’ 3 bulan kemudian, nyokap gue hamil.lalu akhirnya gue lahir tepat di tahun baru tanggal 31 mei. Sayangnya yang lahir itu aku dan bukan anak cowok.” Cerita Candra pada teman-temannya.
            “wah, serius tuh. Aneh banget sih. Hahaha…” sahut Yoga teman cowok Candra, tertawa.
            “berarti loe, harapan kakak loe yang lahir di akhir tahun dong?” tanya Jimmy
            “yaps. Begitulah adanya.” Jawab Candra santai.
            “makanya loe jadi tomboy gini ya? Aneh banget kalo denger cerita loe.” Ujar Dimas yang geleng-geleng kepala mendengar cerita Candra. Mereka pun melanjutkan obrolan mereka lagi.
            Casandra Putri Dewa Nugraha. Anak bungsu dari dua bersaudara sering dipanggil Candra. Dia terkenal sekali dikalangan murid-murid SMA Tunas Mulia. Candra yang sangat disukai teman-temannya ini karena sangat easy going dan mudah bergaul. Dia memang mempunyai sifat tomboy dan suka bergaya layaknya anak laki-laki. Dia juga seorang taekwondoin pemegang sabuk hitam. Candra tidak suka dengan hal yang berbau feminim dan tidak percaya dengan adanya cinta. Sehingga samapi sekarang dia belum pernah pacaran.
Candra selalu menceritakan cerita ketika dia lahir dulu kepada teman-temannya setiap menjelang tahun baru. Dia juga mengatakan bahwa sifat tomboy ini disebabkan oleh kakak perempuannya Cantika Putri Dewi Anugrah yang menginginkan adik laki-laki. Sebenarnya Cantika sudah menerima jika dia mempunyai adik perempuan bukan adik laki-laki. Cantika juga sering mengajak Candra untuk shoping dan berdandan bersama layaknya seorang cewek. Tetapi Candra masih saja tetap pada sifatnya yang tomboy dan suka bergaya seperti laki-laki. Walaupun begitu Cantika sering menggunakan sifat tomboy Candra untuk menolongnya dari para laki-laki.
           
            “hei, Yosy.” Panggil Candra kepada Yosy yang duduk tidak jauh darinya bersama Ryan. Candra menghampiri Yosy
            “eh, Candra. Ada apa?” tanya Yosy mengalihkan pandangannya dari majalah yang ia lihat..
            “nie, gue mau ngembaliin buku matematikamu. Thanks ya.” Kata Candra menghampiri Yosy.
            “ah, iya sama-sama.” Sahut Yosy yang langsung kembali serius menekuni majalah yang ia lihat.
            “kalian lihat apa sih? Serius amat.” tanya Candra ikut melihat majalah yang dibaca oleh Yosy dan Ryan.
            “ah, ini kumpulan album foto-foto artis cewek.” Jawab Ryan.
            “liat, seksi kan. Mana merka semua cantik banget lagi deh. Gue sampe heran, kalian satu spesies nggak sih? Coba aja liat diri loe.” Timpal Yosy bercanda dan memandang Candra dari bawah ke atas
“enak aja, loe. Ya iyalah gue satu spesies sama mereka.” Kata Candra tersinggung sambil memukul Yosy dengan buku matematikanya.
            “lho, emang benar kan? Ya, nggak Haikal?” tanya Ryan kepada Haikal yang sedari tadi duduk diam sambil main game di sebelahnya.
            Haikal memandang sebentar ke arah Candra dan memperhatikannya dari bawah ke atas seperti yang dilakukan Yosy tadi. Setelah itu dia kembali sibuk memainkan PSP-nya sambil berkata, “hmm.. menurutku sih. Dia langsing juga kok. Badannya juga lumayan oke.”
            Yosy, Ryan, dan Candra bingung mendengar jawaban Haikal. Tetapi Candra langsung merasa tersinggung setelah memahami maksud Haikal. Dia pun berkata dengan ketus, “kamu nggak usah sok membelaku deh.”
            “ah, game over deh.” Gumam Candra ketika game yang dia mainkan mati.
            “lho, aku nggak bermaksud membelamu kok.” Kata Haikal santai sambil memasukan PSP-nya ke dalam saku. Candra merasa aneh dan bingung dengan sikap Haikal yang sangat cuek. Dia juga merasa aneh dengan perasaannya yang muncul tiba-tiba. Tetapi dia cepat-cepat membuang pikirannya jauh-jauh.
            “Candra, habiskan nih. gue udah nggak mau lagi.” Kata Yosy memberikan kopi kaleng yang dia minum tadi kepada Candra. Candra terkejut mendengar panggilan Yosy, tetapi dia mengambila kaleng kopi yang diberikan Yosy.
            “ng. kopi? Gue nggak bisa minum kopi.” Ujar Candra.
            “apa? Loe nggak bisa minum kopi. Ternyata loe masih kayak anak kecil ya? Hahaha…” seloroh Yosy dan Rian tertawa terbahak-bahak.
            “ah, emang kenapa sih? Gue emang nggak suka kok. Kalian bawel banget ya. Ya udah, gue minum deh.” Ketus Candra kesal. Dia sudah berniat mau meminum kopi itu. Tetapi tiba-tiba, Haikal berdiri di belakangnya dan mengambil kopi itu. Candra harus mengadah ke atas karena tubuh Haikal sangat tinggi.
            “udah, aku minum aja mana? Lagi pula aku juga pengin minum kopi. Lumayan dapat kopi gratis.” Sahut Haikal yang lengsung pergi meninggalkan ke tiga temannya yang terbengong melihat sikapnya. Setelah Haikal tidak tampak lagi, Candra langsung mengalihkan perhatiannya. Dia menyerahkan buku Yosy dan pamit ke kelas menginggalkan Yosy dan Ryan yang masih terbengong melihat sikap ke dua temannya.

            Candra meminum kopi di taman yang dibelinya di konter minuman yang tidak ada di belakang tempat dia duduk.
            “huek. Pahit banget sih. Nggak enak. Ternyata aku memang nggak bisa minum kopi.” Gumam Candra.
            “lho, bukannya kamu nggak bisa minum kopi?” tanya Haikal tiba-tiba dari belakang Candra dan membuat Candra terkejut.
            “huwaa.. ngagetin bangt sih, loe. Pokoknya gue harus bisa minum kopi. Bisa repot ntar, kalo gue nggak bisa minum kopi.” Jawab Candra agak ketus karena malu dan gugup.
            “jadi lagi latihan?” tanya Haikal lagi sdikit terkejut dengan jawaban Candra.
            “iya.”
            “mmm…. He..he..oh, gitu..hmha” Haikal berusaha menahan tawanya agar tidak keluar. Dia tidak menyangka Candra akan melakukan itu.
            “udah lah, nggak usah nahan ketawa loe. Kalo mau ketawa-ketawa aja deh. Udah san, pergi aja loe. Ganggu gue aja sih.” Kata Candra ketus.
            Haikal meninggalkan Candra sendirian dan pergi menuju ke konter minuman. Candra lega Haikal udah nggak ada lagi. Dia mencoba lagi untuk minum satu teguk kopi yang dia beli. Tetapi dia tetap tidak suka dengan rasa kopi yang pahit itu.
            “nih..” Haikal memberikan kopi yang baru saja dia beli di konter minuman dan memberikannya pada Candra.
            “apa ini?” tanya Candra bingung. Dia menerima kopi yang diberikan oleh Haikal.
            “itu kopi susu. Lebih manis dan lebih enak dari pada kopi dngan kadar gula rendah.”coba aja diminum.” Jelas Haikal. Candra pun mencoba seteguk kopi susu yang dibelikan oleh Haikal.
            “enak dan nggak pahit.” Kata Candra sehabis minum kopi susu. “aku beli aja ya? Berapa?” Tanya Candra menanyakan harga kopi susu itu pada Haikal.
            “nggak usah. Aku minum punyamu aja.” Kata Haikal sambil mengambil kopi yang diminum Candra tadi. Haikal lalu prgi meninggalkan Candra sendirian yang masih merasa bingung dengan sikap Haikal. Ida juga merasa aneh dengan perasaannya yang terasa nyaman. Tetapi dia buru-buru menghilangkan perasaannya itu.

            “Candra sini deh. Ada yang mau kami omongin.” Panggil Dian. Waktu itu mereka lagi bersih-bersih kelas.
            “ada apa sih?” Tanya Candra.
            “gini kita mau ngadain pesta tahun baru. Yang ikut Cuma yang masih jomblo aja.” Jelas Dian.
            “ide bagus tuh. Oke, gue ikut deh.” Kata Candra setuju.
            “sip, deh. Yang pasti kita para jojoba akan bersenang-senang di tahun baru. Hidup jojoba.” Seru Dian dan Yosy.
            “oh ya, pestanya di rumah siapa?” tanya Candra.
            “rumahnya Haikal.” Jawab Yosy.
            “NGGAK MAU !!!!!” Tegas Candra. Haikal yang lewat kaget mendengar teriakan Candra. Candra juga shock melihat Haikal sudah ada di sampingnya. Dia sangat malu sekali.
            “lho, memangnya kenapa?” tanya Dian.
            “lagi pula rumahnya besar kok. Halamannya juga luas. Di sana kita di bolehin ngadain barbeque dan nyalain kembang api.” Tambah Yosy memberi alasan.
            “ng,, anu..” Candra bingung harus jawab apa. Dia juga salah tingkah karena Haikal ada di sampingnya.
            Tiba-tiba Dian berteriak kencang karena ada kecoa besar, “kyyyaaaa,,, kecoa!!!!” Candra langsung terdiam kaku karena dia sangat takut pada kecoa.
            “aaaaaa…. Kecoanya besar sekali…. Tolong gue, Candra.” Teriak Dian mendong Candra untuk mengusir kecoa itu. Dian langsung kabur dari tempat itu.
Candra yang masih berdiri kaku hampir saja jatuh karena di dorong Dian. Tetapi Haikal cepat-cepat menangkapnya dan melindungi Candra di belakangnya. Candra mengambil sapu yang ada di dekatnya dan membunuh kecoa itu dengan mudah. Dia berbalik ke arah Candra dan terkejut melihat Candra yang berkaca-kaca.
            “kok kamu bekaca-kaca gitu sih. Tenang aja kecoanya udah mati kok.” Kata Haikal menenangkan Candra sambil mengacak-acak rambutnya. Candra masih berdiri kaku tetapi langsung tersadar dan menghapus air matanya yang hampir keluar. Dia menundukan kepalanya karena merasa malu karena hampir mnangis di depan Haikal.
            “gue pasti akan datang.” Teriak Candra tegas.
            “haah?? Maksudmu?” tanya Haikal bingung.
            “maksud gue, gue di pesta natal di rumah Haikal. Aku pasti akan datang.” Kata Candra masih sangat tegas dan sedikit berteriak karena malu. Dia medongakan kepalanya menampakkan bahwa dia serius.
            “oh, itu. Ya sudah. Datanglah.” Ujar Haikal tersenyum manis. Melihat senyum manis Haikal, perasaan Candra jadi merasa tenang dan damai. Dia merasa senang menikmati perasaan itu. Tetapi dia langsung menghilangkan dan menyangkal perasaan itu.

            Pesta tahun baru di rumah Haikal pun tiba. Candra datang ke rumah Haikal bersama Livia sahabat dekatnya dari kacil. Pesta itu di hadiri 5 cowok yaitu Yosy, Ryan, Yoga dan Dimas, termasuk Haikal sang pemilik rumah. Ceweknya yang datang juga ada 5 orang yaitu, Candra, Livia, Dian, Chika, dan Devia. Mereka mengadakan pesta di kamar Haikal dan di taman belakang Haikal.
            “wah, nggak kerasa ya. Udah mau pergantian tahun baru 2011. Kita juga udah mau naik kelas 3. Rasanya waktu cepet banget berlalu.” Kata Dian. Candra dan teman-temannya menunggu waktu pergantian tahun baru dua jam lagi  di kamar Haikal.
            “iyaps.. rasanya baru kemarin gu nikmatin suasana tahun baru 2010. Eh, sekarang udah tahun baru 2011 aja. Hehe..” ujar Yosy.
Mereka mengobrol dan bercanda dengan seru. Candra dan Haikal duduk bersebelahan. Sekali-kali mereka melirik ke arah Haikal. Tetapi ia segera mengalihkan pandangannya ketika Haikal menoleh padanya.  Tiba-tiba ada suara HP berbunyi.
            “itu bunyi HP ku tolong ambilin dong.” Kata Yosy. HP itu ada di dekat Candra dan Haikal. Mreka mengambil HP itu bersama-sama. Tangan mereka saling bertumpukkan dengan tangan Candra yang ada di bawah. Candra yang kaget langsung mengambil HP Yosy dan melemparkannya ke arah Yosy, hingga terkena kepala Yosy.
            “aduh, hati-hati dong, Cand.” Teriak Yosy kesal.
            “ah, iya… iya… sory deh..”
            “kayaknya kamu jijik sama aku ya?” tanya Haikal
            “ha? Nggak kok. Tadi gue cuma kaget aja.” Sahut Candra gugup karena malu. Haikal tersenyum manis mendengar jawaban Candra. Candra kembali merasakan perasaan aneh yang menghinggapi dirinya. Tetapi lagi-lagi Candra menyangkal perasaannya itu.
            “eh, ini mantannya Haikal ya?” kata Yosy melihat album foto SMP Haikal yang ada di lemari buku Haikal.
            “hah.. apa?” semua teman-teman Candra langsung datang untuk melihat album foto Haikal.
            “yang mana?”
            “ini nie, yang di samping Haikal.”
            “Candra, lihat nie. Haikal waktu SMP lucu lho. Apalagi pacaranya juga lumayan.” Kata Yosy. Tetapi Candra entah kenapa tidak mau melihat foto itu. Dia juga mengerti kenapa dia merasa sakit hati dan kecewa. Candra berusaha menghilangkan perasaannya itu.
            “hei, jangan ambil sembarangan dong. Mana albumnya?” kata Haikal kesal.
            “sebentar aja kok. Ntar kami kembaliin deh.” Sahut Ryan.
            “hei, Candra. Liat nie, foto mantannya Haikal.”kata Devia menunjukkan foto mantannya Haikal. Candra meliht itu dngan perasaan pedih. Dia tidak mengerti kenapa dia merasa sangat sedih sekali.
            “dia mungil dan imut ya. Cantik lagi. Katanya dia juga populer waktu di SMP. Nie, keliatan dari komentar-komentar temannya yang ngasih komentar banyak banget.” Tambah Chika.
            “Haikal curang nie. Masa bisa pacaran sama cewek secantika dan semanis ini. Kenalin dong?” kata Yoga.
            “huh, ternyata semua cowok sama aja. Mereka sukanya sama tipe cewek yang seperti ini” singgung Dian kesal.
            “iya, nie. Si Haikal juga sama aja. Gue kira loe nggak kayak gitu. Huuh.. Haikal termasuk musuh para cewek. Ya, nggak Candra?” kata Livia sebal. Candra hanya diam saja mndengar obrolan teman-temannya. Dia mencoba mengatur suasana hatinya yang kacau balau melihat fakta tentang Haikal.
            “kalian tuh apa sih? Udah mana fotonya.” Sahut Haikal kesal.
            “iya benar. Haikal sama aja kayak cowok-cowok lain.” Kata Candra sedih brusaha ceria
            “oh, begitu ya.” Sahut Haikal lirih. Suasana menjadi tidak enak. Yosy cepat-cepat mencairkan suasana dengan mengajak teman-temannya bermain dengan kartu. Haikal juga menyimpan kembali album kelulusnnya ke dalam lemari. Candra mengatur kembali perasaannya dan ikut bermain dengan sahabat-sahabatnya.
            “gue ini kenapa sih? Kenapa aku harus sedih dan kcewa  gini setelah tahu mantan pacarnya Haikal. Kenapa gue juga harus ngerasa perasaan yang aneh itu tapi trasa nyaman banget. Apa gue jatuh cinta sama Haikal? Itu nggak mungkin. Aku nggak mungkin cinta sama Haikal. Toh, Haikal juga nggak bakal mau sama gue lah. Dia pasti bakal milih cewek yang cantik, imut, dan manis. Inilah kenyataannya. Aku memang hanya cocok sebagai teman bersenang-senang saja.” Gumam Candra dalam hati mencoba menyangkal perasaannya masih dengan pura-pura gembira dengan teman-temannya.
            “yah, loe kalah, Cand. Loe harus di hukum. Ayo loe harus ngelakuin itu.” Kata Yosy.
            “wah, kok ketahuan sih. Oke deh,, oke. Gue bakalan ngelakuin hukuman yang biasanya. Menari sambil menyanyi yang gokilkan. Siapa takut.” Kata Candra pura-pura tertawa. “ya, inilah gue. Gue memang nggak cocok dengan percintaan.” Gumam Candra dari dalam hati.
            Tiba-tiba air mata Candra keluar. Semua orang kaget melihat Candra menangis karena dia tidak pernah terlihat menangis. Candra juga terkejut merasakan air matanya keluar tiba-tiba. Padahal tidak ada yang membuatnya bersedih. Candra mencoba menghapus air matanya. Tetapi air mata Candra tidak berhenti juga.
            “akh, kenapa air mata gue keluar ya?  Ah, pasti ini gara-gara kemasukan debu nie. Iya, pasti ada kotoran di mata gue.” Sangkal Candra mencoba berbohong sambil menghapus air matanya. “ah, gue keluar dulu ya. Mau nyari udara segar. Di sini agak sumpek.”
            Karena air matanya tidak bisa berhenti, akhirnya Candra memutuskan keluar dari kamar Haikal. Dia berlari keluar rumah Haikal sambil masih tetap menangis. Semua teman-temannya pada ribut melihat Candra menangis. Mereka khawatir denga keadaan Candra. Akhirnya karena sudah tidak tahan lagi, Haikal pergi menyusul Candra. Dia berlari mengejar Candra yang sudah berlari jauh dari rumahnya. Teman-teman Candra juga membuntuti Haikal karena penasaran dengan hubungan Haikal dan Candra akhir-akhir ini.
            “seandainya,, seandainya gue nggak datang ke pesta ini. Pasti gue nggak bakalan ngerasain kepedihan ini.” Teriak Candra dari dalam hat masih terus saja berlari. Tiba-tiba ada tangan yang menarik Candra. Candra berbalik ke belakang dan melihat Haikal sudah ada di belakangnya. Haikal berhasil mengejar Candra dan menahan tangannya.
            “apa-apaan sih? Udah sana pergi. Gue mau sendirian. Jangan mendekat.” Teriak Candra sambil melepaskan tangan Haikal dari tangannya.
            “eh. Kami itu khawatir sama kamu. Tiba-tiba aja menangis lalu pergi keluar. Sebenarnya ada apa sama kamu? Kalau emang nggak mau main hukuman bilang aja.” tanya Haikal tenang
            “bukannya aku nggak mau. Tapi aku nggak bisa melakukannya di depan kamu. Ini semua salahmu.” Tegas Candra.
            “haah? Salahku? Kenapa aku yang salah?” tanya Haikal bingung.
            Iya. Kamu yang salah. Aku nggak tau kenapa. Pokonya kamu yang salah.” Ucap Candra kesal
            “apaan sih? Memang itu hukumannya apa? Cuma nyanyi dan nari doang kan. Itu kan udah biasa.”
            “ini bukan cuma nari dan nyanyi yang biasa. Ini khusus dan aku yang nyiptainnya. Yang pasti cuma aku yang bisa ngelakuin gerakan dan lagunya.”
            “haah.. dasar cewek aneh.” Ucap Haikal. Candra merasa sakit lagi dalam hatinya mendengar perkataan Haikal.
            “benar! Aku mmang nggak manis, imut, dan cantik seperti mantanmu tadi. Makanya biarkan saja aku sendiri. Kamu sukanya cewek seperti dia kan bukan aku. aku…” Haikal tiba-tiba saja memeluk Candra dan  membuat Candra diam sesaat. Dia merasakan sensasi lain tetapi dia mengenalinya saat Haikal memeluknya. Gandra segera tersadar dan mencoba memberontak dipelukan Haikal.
            “apaan sih ini?” Tanya Candra kesal berusaha melepaskan pelukan Haikal.
            “berisik. Diam saja kamu?” perintah Haikal tegas
            “jangan seenaknya memutuskan selera orang. Aku nggak terlal mempermasalahkan kalau kamu nggak imut.” Jelas Haikal lembut
            “nggak usah sok menghiburku deh?” ujar Candra sambil melepas pelukannya dari Candra dan memukul-mukuli Haikal pelan.
            “hei, stop mukulin aku. aku serius cinta sama kamu sejak kelas satu dulu. Saat kita masih MOS dalam satu kelas selama satu minggu dulu.” Ungkap Haikal kelepasan bicara. Candra terkejut mendengar pengakuan Haikal. Haikal juga jadi sangat malu dan salah tingkah karena kelepasan bicara.
            “haah? Yang bener?” Tanya Candra tidak percaya.
            “haah..  iya tu yang sebenarnya terjadi. Terserah kamu nanggapinnya gimana? Kamu mau terima atau nggak.” Ketus Haikal karena saking malunya.
            “yeeii.. kok ketus sih?” Tanya Candra aneh
            “yah, pokonya gitu lah. Udah jawab aja kamu mau ato nggak?” Tanya Haikal penasaran.
Candra melihat mata Haikal mencari kebohongan dari sana. Tetapi dia tidak menemukan kebohongan dari mata itu. Haikal sangat serius dengan perkataannya. Candra iam sbentar mencoba menanyakan kepada hatinya. Akhirnya dia tahu harus jawab apa. Tiba-tiba saja Candra melompat dan mencium pipi Haikal dengan cepat da langsung tertunduk malu. Haikal bengong beberapa saat memandang ke arah Candra.
            “apa maksudnya tadi? Apakah kamu menerima aku?” Tanya Haikal bingung. Candra hanya menganguk kecil. Tetapi Haikal sama sekali tidak mengerti dan bertanya terus.
            Karena sudah tidak tahan lagi akhirnya Candra berkata dengan keras, “IYA GUE TERIMA LOE JADI PACAR GUE!!!!”
            “Yeeeeiiiii…. Akhirnya aku punya pacar juga tahun ini dan nggak bakal sendiri lagi.” Teriak Haikal malu. Candra kaget mendengarnya.
            “Yes, kita bakalan dapet makan-makan nie friend. Ada yang baru jadian nie. Special lho karena yang jadian adalah Candra si Cewek Macho.” Kata Yosy tiba-tiba keluar dari persembunyiannya. Candra dan Haikal menatap Yosy bingung. Teman-temannya yang bersembunyi bersama Yosy melihat apa yang terjadi pada Haikal dan Cndra juga merasa bersalah dan malu.
            “YOSY!!!!! KITA JADI KETAHUAN NIE KALAU KITA NGUPING…. DASAR LO YA!!!!” teriak Yoga sambil menjitak kepala Yosy. Yosy kesakitan sambil tertunduk malu meras bersalah. Dia tidak bisa melawan lagi.
            “Kalian ini ya?” Candra dan Haikal berkelahi ke arah teman-temannya. Teman-temannya malah kabur tidak mau tertangkap oleh Haikal dan Candra. Mereka asyik berkejar-kejaran. Tiba-tiba terdengar bunyi suara letusan kembang api di langit menandakan pergantian tahun baru. Mereka semua langsung berpelukan dan mngucap “Selamat Tahun Baru 2011”. Candra dan Haikal saling berpelukan satu sama lain. Hari ini mereka sangat bahagia bisa jadian dan bermain bersama teman-teman mereka. Haikal mencium kening Candra dengan lembut.


                                                SELESAI

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS