Cinta Kedua 2

Pukul 3 pagi, Wisnu sudah bangun dari tidurnya. Padahal malam sebelumnya Wisnu baru bisa tidur jam 12 malam. Dia memang mempunyai kebiasaan sering tidur malam tetapi bangun selalu jam 3 pagi. Bundanya sering mengingatkan Wisnu agar menghilangkan kebiasaan tidurnya itu. Karena tidak bagus untuk kesehatannya. Tetapi kebiasaan Wisnu itu tidak mudah dihilangkan. Karena turunan dari ayahnya.

Setelah membereskan tempat tidurnya, Wisnu beranjak pergi ke kamar mandi untuk wudlu. Setiap bangun pagi Wisnu selalu melakukan sholat malam. Wisnu termasuk laki-laki yang religius. Dia tidak pernah meninggalkan sholat walapun dia sangat sibuk sekali. Karena itu merupakan wasiat ayahnya sabelum meninggal. Setelah melaksanakan sholat malam, Wisnu mengambil Al-Qur’annya dan mengaji sambil menunggu adzan sholat subuh.

Saat membaca Al-Qur’an, tiba-tiba kepala Wisnu terasa sangat sakit sekali. Wisnu mengakhiri bacaannya dan mengembalikan Al-Qur’annya ke tempat semula. Kepala Wisnu sangat pusing dan pandangannya juga menjadi kabur. Wisnu berpegangan pada kursi agar tidak jatuh. Tiba-tiba hidungnya mengelurkan darah. Wisnu segera membersihkan darahnya. Saat membersihkan darah yang keluar dari hidungnya, tubuh Wisnu menjadi limbung. Dia terjatuh ke lantai. Kepala belakangnya membentur pinggir tempat tidur dan kursi yang dia jadikan pegangan jatuh menimpa kakinya. Wisnu menjerit kesakitan.

Adit yang mendengar suara gaduh dari kamar Wisnu segera bangun dan berlari menuju kamar Wisnu. Dia sangat terkejut melihat Wisnu jatuh tertimpa kursi. Adit segera menolong Wisnu dan membawanya ke tempat tidur.

“mas, mas Wisnu nggak papa kan?” tanya Adit sambil memapah Wisnu menuju tempat tidur.

“nggak papa. Tadi tiba-tiba kepala mas sakit dan pandangan mas agak kabur. Tapi tenang aja,sekarang mas sudah agak mendingan. Cuma masih sedikit pusing dan kaki mas keseleo gara-gara kejatuhan kursi tadi.” Jawab Wisnu.

“ya udah, kepala mas aku pijitin aja. Supaya agak enakan ya.” Tawar Adit. Adit memijit kepala Wisnu dengan hati-hati.

“mas, mas Wisnu hilangin dong sifat mas yang selalu tidur malem tapi bangun selalu pagi-pagi. Itu kan sifat yang jelek mas. Mas juga harus lebih banyak istirahat, jangan terlalu sibuk kerja. Bunda kan udah pesen sama mas supaya nggak terlalu sibuk.” Nasehat Adit.

“iya. Tenang aja. Mas pasti jaga kesehatan mas dan banyak istirahat.” Sahut Wisnu

“oh ya, mas. Tadi Bunda telpon aku nanyain keadaan mas. Bunda juga tanya kenapa udah dua minggu ini mas nggak telpon Bunda. Katanya Bunda kamgen dan khawatir sama mas Wisnu. Dinda juga kangen banget sama mas Wisnu aku, dan Cahya.” Lapor Adit.

“astaghfirullah, mas bener-bener lupa belum nelpon bunda. Akhir-akhir ini mas sibuk ngurus pasien yang terlalu banyak. Apalagi mas juga bantuin dokter Imam yang lagi dinas ke luar kota. Jadi mas sibuk banget dan lupa telpon Bunda. Ya udah, ntar siang setelah praktek mas akan telp[on Bunda. Supaya bunda nggak terlalu khawatir sama mas.” Kata Wisnu.

“oh ya, apa Cahya nggak pulang ke Jogja? Minggu ini kan dia liburan kan?” tanya Wisnu.

Adit bingung antara memberitahu yang sebenarnya pada Wisnu atau tidak bahwa Cahya sekarang sedang bekerja untuk menambah uang jajan. Wisnu memang tidak suka melihat adiknya sekolah sambil bekerja. Karena dapat menggangu sekolah mreka. Biar Wisnu saja yang bekerja untuk mencari uang sekolah mereka.

Wisnu memanggil Adit yang sedang melamun. Dia bertanya lagi soal Cahya pada Adit. Adit terpaksa melaporkan bahwa Cahya sekarang sedang bekerja mengisi liburan. Mendegar laporan Adit terang saja Wisnu langsung marah dan kesal. Adit berusaha menenangkan Wisnu. Tetapi Wisnu masih tetap merasa marah. Dia mengatakan akan menelepon Cahya dan menegurnya nanti siang setelah menelepon Bunda. Wisnu juga memeperingatkan Adit supaya jangan bekerja dulu sebelum menyelesaikan kuliahnya.

Wisnu sedang duduk di bangku taman Rumah Sakit. Dia baru saja selesai menelpon bundanya dan Cahya. Saat mnelepon Cahya, Wisnu sempat berdebat dengan Cahya. Dia tidak suka Cahya bekerja dan menyuruh Cahya untuk pulang saja slama liburan. Dia juga menyuruh Cahya agar berhenti dari pekerjaannya. Tetapi Cahya tetap ngotot dan keras kepala ingin tetap bekerja. Cahya mencoba menjelaskan alasannya pada Wisnu. Tetapi Wisnu tidak ingin mndengarkan alasan Cahya dan tetap menyuruh Cahya untuk berhenti bekerja dan pulang ke Jogja selama liburan. Cahya yang tetap ingin bekerja langsung menutup telpon Wisnu dan tidak mau menuruti permintaan Wisnu.

Wisnu masih agak kesal dengan kelakuan Cahya yang sangat keras kepala. Tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Karena jika semakin di tentang maka Cahya akan tetap semakin nekat dan melawan. Dia hanya bisa membiarkan Cahya berbuat semaunya asalkan masih dalam taraf yang wajar. Dia memberi sedikit kepercayaan pada Cahya untuk melakukan segala sesuatu yang dia inginkan. Tetapi akan menentangnya jika perbuatan itu slah dan menyimpang dari agama.

Wisnu beranjak dari tempat duduknya dan kmbali menuju ke rumah sakit. Hari ini dia masih ada jadwal praktek hingga nanti sore. Saat berjalan tiba-tiba kepala Wisnu pusing sekali dan pendangannya juga kabur. Wisnu berpegangan pada tembok agar tidak ambruk. Saat akan berbelok, tiba-tiba dari arah berlawanan ada seorang gadi yang berjalan sambil membaca. Wisnu dan gadis itu saling bertabrakkan. Gadis itu jatuh menimpa tubuh Wisnu. Mereka terkejut dan saling bertatapan satu sama lain. Saat bertatapan, Wisnu merasakan sesuatu perasaan yang aneh di dalam dirnya. Jantungnya berdegup dengan cepat dan hatinya serasa berdesir sejuk. Wisnu memandang gadis itu dan merasa seakan-akan waktu berhenti diantara mereka berdua.

Gadis itu segera tersadar dan bangun dari badan Wisnu. Dia segera meminta maaf pada Wisnu dan membantu Wisnu bangun. Tetapi, tiba-tiba Gadis itu limbung dan akan jatuh. Untungnya Wisnu segera menangkap gais itu sehingga di tidak jatuh ke lantai. Mreka sempat berpandangan sesaat hingga akhirnya Wisnu tersadar dan membantu gadis itu berdiri.

“kamu ngaak papa kan? Sepertinya kakimu keseleo.” Tanya Wisnu. Wisnu tetap menahan tubuh gadis itu. Karena sepertinya kaki Gadis itu keseleo.

“nggak papa kok. Kaki saya baik-baik aja. Nie buktinya” kata gadis itu sambil melepas pegangan Wisnu dan meloncat-loncat. Ttapi tuiba-tiba badannya limbung lagi dan kakinya terasa sakit. Wisnu segera menangkap tubuh gadis itu sebelum jatuh ke lantai.

“tuh kan, kakimu memang keseleo. Ya udah, lebih baik kita duduk di bangku itu. Biar saya lihat kakimu. Parah nggak keseleonya” kata Wisnu sambil menunjuk bangku yang tidak jauh dari tmpat mereka bertabrakkan.

Gadis itu hanya mengangguk sambil menahan rasa nyeri di kakinya. Dia juga malu karena bertingkah bodoh sampai jatuh. Wisnu memapah gadis itu menuju bangku dan mendudukkannya di bangku itu. Wisnu berjongkok di depan gadis itu dan memriksa kaki gadis itu.

“sakit nggak?” tanya Wisnu sambil memijit kaki gadis itu.

“lumayan” jawab gadis itu meringis kesakitan.

“tahan ya? Biar saya urut kakimu” Wisnu kembali memijit dan mengurut kaki gadis itu. Gadis itu hany bisa menahan rasa sakit kakinya dengan memukul-mukul tanggannya ke bangku dan menggigit bibirnya. Wisnu tersenyum melihat kelakuan gadis itu.

“kamu kenapa mukul-mukul kursi itu. Hati-hati nanti bibirmu berdarah karena kamu gigitin seperti itu” kata Wisnu masih sambil memijit kaki gadis itu.

“saya memang suka ngelakuin ini kalau sedang nahan sakit supaya nggak teriak. Aauu..” sahut Gadis itu sambil teriak kesakitan. Wisnu terpaksa menutup kupingnya karena gadis itu teriak kencang sekali.

“ tuh kan. Kalau nggak gigit bibir pasti saya teriak kenceng.” Lanjut gadis itu sambil menahan malu.

“teriakan mu kenceng juga ya. Hehehe” kata Wisnu sambil terkekeh. Gadis itu hanya trtunduk malu..

“nah, udah selesai. Tapi sepertinya kamu jalannya bakalan pincang. Karena kaki kamu belum benar-benar sembuh. Harusnya sih di perban. Tapi saya lagi nggak bawa tas dokter saya.” Kata Wisnu sambil duduk di sebelah gadis itu.

“nggak papa kok. Ini juga udah lumayan baikan. Sekali lagi saya minta maaf ya. Karna udah nabrak kamu”

“nggak papa. Saya juga harusnya minta maaf karena sudah nabrak kamu. Tadi sewaktu saya berjalan kepala saya agak pusing dan pandanga saya juga kabur. Jadinya nabrak kamu dan buat kakimu keseleo.” Sahut Wisnu mnyesal.

“tenang aja. Kaki saya juga nggak terlalu sakit. Oh ya kenalin, nama saya Shirena. Tapi biasa dipanggil Ireen.”

“saya Wisnu Pratama. Tapi biasa di panggil Wisnu. Oh ya, kamu mau jengguk pasien ya?” tanya Wisnu

“nggak. Saya di sini sedang ngelakuin penelitian buat skripsi ku”

“ooh.. selamat ya udah mau lulus kuliah. Kuliah dimana dan jurusan apa?”

“makasih. Saya kuliah di Univ. Moestopo jurusan Psikolog. Dan sekarang lagi nyusun skripsi tentang psikologi anak. Dosen saya nyaranin buat melakukan penelitian di rumah sakit ini soal psikologi anak-anak yang sedang sakit keras. Insya Allah 4-6 bulan ke depan udah bisa lulus. Doain aja.”

“ tenang aja. Pasti saya doain. Univ. Moestopo ya?” wisnu mengingat lagi kenangannya di tempat kuliahnya dulu sebelum menerima beasiswa kuliah di UI.

“kenapa dok?”

“ah, nggak. Cuma jadi ingat masa-masa kuliah saya 3tahun yang lalu. Dulu saya sempat kuliah juga di Moestopo jurusan kedokteran. Tetapi keluar setelah mendapat beasiswa kuliah di UI.”

“Hoo.. oh ya, maaf dok. Saya harus duluan. Soalnya udah di tunggu sama perawat di bagian anak-anak. Saya harus ketemu beliau dulu supaya bisa bertanya-tanya sedikit.”

“biar saya antar. Lagipula kaki mu masih sakit. Biar saya mapah kamu. Gimana?” tawar Wisnu

“nggak usah. Saya nggak mau ngerepotin dokter. Lagipula dokter kan masih ada pasien yang harus dokter urus. Saya bisa sendiri kok. Saya permisi dulu ya, dok.. semoga kita bisa ketemu lagi. Permisi” pamit Ireen.

Ireen berjalan tertatih-tatih, tetapi baru beberapa langkah badannya mulai goyah dan dia pun jatuh ke lantai. Wisnu segera menghampiri Ireen dan menolongnya berdiri.

“tuh kan, apa yang saya bilang. Kamu memang belum kuat jalan. Sini biar saya bantu mapah kamu.” Ucap Wisnu sambil memapah Ireen.

Ireen hanya bisa tertunduk malu dan menurut apa kata Wisnu. Mereka berjalan sambil mengobrol. Wisnu merasa nyaman saat berada di samping Ireen. Tetapi dia tidak mengrti perasaan apa yang ia alami pada Ireen. Tetapi dia merasa pernah merasakan perasaan itu dulu. Sayangnya dia tidak ingat perasaan apa ini.

Mereka sampai di ruang perawatan anak-anak. Wisnu segera menemui Bu Lik yang merawat anak-anak. Kebtulan Wisnu sudah sangat dekat dengan bu Lik. Wisnu sering bermain di ruang perawatan anak-anak dan sudah mengenal dan dekat beberapa anak-anak disini. Wisnu menjelaskan tentang kejadian tabrakkannya dengan Ireen yang menyebabkan kaki Ireen keseleo. Ireen segera mengobrol bersama bu Lik, sementara Wisnu bermain bersama anak-anak kecil.

Wisnu harus kembali ke ruanggannya. Karena sebentar lagi dia harus praktek. Dia meminta iji kepada perawat yang menjaga dan Ireen. Ireen mengucapkan terima kasih karena sudah diantar kesini dan sudah membantunya. Wisnu juga pamit kepada anak-anak dan berjanji akan datng lgi dengan membawa makanan dan mainan. Wisnu berjalan kembali ke ruangannya. Tetapi dia merasa anaeh terhadap perasaannya yang merasa kecewa dan sedih saat meninggalkan Ireen. Tetapi dia mencoba menghilangkan perasaanya itu.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Cinta Kedua 'awal'

Seorang lelaki berumur 27thn duduk sendirian di bangku taman. Laki-laki itu memandang ke sekitar taman yang sedang ramai di kunjungi anak-anak TK. Laki-laki itu menggengam erat sebuah kalung liontin hati yang tertera nama Wisnu dan Irena. Lelaki itu bernama Wisnu. Sudah setengah jam Wisnu duduk di bangku taman itu. Entah apa yang ingin dikerjakannya. Dia hanya ingin duduk di taman ini dan mengingat seseorang yang sangat dia cintai dan ia rindukan hingga sekarang. Seorang perempuan yang namanya masih terukir indah di liontin yang dia pegang erat dan di dalam hatinya.

Irena, perempuan yang sangat dicintai Wisnu hingga sekarang. Mereka bertemu pertama kali ketika masuk kuliah di UI jurusan kedokteran 8thn yang lalu. Awal pertemuan mereka agak kurang baik karena adanya kesalahpahaman. Tetapi setelah kesalahpahaman itu diselesaikan mereka menjadi teman yang baik. Wisnu selalu membantu Irena jika sedang dalam kesulitan, begitu pun sebaliknya. Irena seorang gadis biasa dan cuek. Dia tidak suka berias dan tampilannya santai dan tidak terlalu ribet. Dia sangat baik dan enak diajak ngobrol.

1 tahun mereka berteman, Wisnu mulai merasakan jatuh cinta pada Irena. Dia mencoba mengingkari perasan itu karena takut merusak hubungan persahabatan mereka. Tetapi perasaan itu tidak mau hilang dan bertambah semakin kuat. Wisnu menyerah terhadap perasaannya yang memang mencintai Irena dan ingin selalu bersama Irena.

Wisnu akhirnya menyatakan cinta saat mereka sedang berjalan-jalan di taman yang sedang Wisnu kunjungi sekarang. Awalnya dia sangat grogi karena tidak pernah menyatakan cinta pada gadis selama hidupnya. Mereka sempat bertengkar akibat Wisnu tidak segera mengatakan apa yang ingin dia katakan. Setelah berhasil mengatasi groginya, Wisnu menyatakan rasa cintanya.Irena sangat senang mendengar pernyataan Wisnu. Tetapi karena dia terlajur jengkel mendengar pernyataan cinta Wisnu sebelumnya yang tidak ada romantisnya, Irena bermaksud menggoda Wisnu dengan menolak cinta Wisnu.

Wisnu sangat kecewa dan sedih mendengar penolakan Irena. Wisnu menampakkan wajah yang sangat sedih dan lesu. Irena menjadi tertawa melihatnya. Dia langsung melanjutkan perkataannya tadi bahwa dia tidak bisa menolak cinta Wisnu karena dia juga sangat mencintai Wisnu selama ini. Wisnu sangat senang mendengar lanjutan pernyataan Irena. Dia langsung melonjak senang dan merangkul Irena dengan erat. Irena juga sangat bahagia bisa jadian dengan cowok yang sangat dia cintai selama ini.

3 tahun Wisnu dan Irena berpacaran. Hari-hari mereka bertambah bahagia. Walaupun banyak halangan dan sempat putus nyambung 3x, tetapi cinta mereka tetap bertahan dan kekuatan cinta mereka bertambah semakin kuat. Keluarga mereka juga sudah merestui hubungan mereka. Setelah lama berpacaran, Wisnu dan Irena memutuskan untuk segera menikah. Mereka berencana menikah saat mereka lulus wisuda dan berlangsung bersamaan saat ulang tahun Wisnu ke 24 tahun. Sebelum itu mereka akan bertunangan dahulu satu tahun sebelum mereka akan menikah pada saat Irena berulang tahun ke 23 tahun.

Sayangnya manusia hanya berencana saja tuhan yang menentukan. Sebulan sebelum Wisnu dan Irena bertunangan, mereka mengalami kecelakaan. Saat mereka pulang kuliah pada malam hari, taksi yang mereka tumpangi menabrak pembatas jalan dan keluar jalur hingga menabrak pohon dengan keras. Taksi itu menghindari truk yang berjalan dengan ugal-ugalan. Wisnu selamat dari kecelakaan itu dan hanya mengalami gegar otak ringan dan patah tulang kaki dan tangan. Sayangnya Irena yang terlempar keluar taksi, meninggal dunia saat berada di ruang ICU.

Wisnu sangat sedih dan shock mendengar Irena meninggalkannya untuk selamanya. Wisnu sempat Frustasi dan menjadi pemurung. Dia juga tidak mau mengikuti terapi untuk menyembuhkan patah tulangnya. Adit, adik Wisnu mencoba menguatkan Wisnu dan memberi semangat pada Wisnu untuk bangkit kembali. Wisnu mencoba mendengarkan nasihat Adit. Dia mencoba agar tidak terpuruk mengingat Irena. Dia menjalani aktivitasnya lagi. Walaupun masih agak sulit karena masih sering mengingat kenangannya bersama Irena, tetapi dengan dukungan semangat dari keluarganya, keluarga Irena, dan teman-temannya Wisnu dapat menjalani kehidupannya seperti dulu lagi. Hubungannya dengan keluarga Irena juga masih sangat baik. Keluarga Irena sudah menganggap Wisnu sebagai keluarga mereka sendiri.

Wisnu masih duduk di taman sambil mengingat kenangannya bersama Irena. Walaupun sudah 4 tahun berlalu tetapi Wisnu tidak bisa melupakan Irena. Wisnu juga belum bisa membuka hatinya untuk orang lain karena masih sangat mencintai Irena. Sudah banyak gadis yang ingin menjalin kasih dengan Wisnu. Tetapi Wisnu selalu menolak mereka karena belum bisa melupakan cintanya pada Irena. Padahal keluarga Wisnu sudah menyuruh Wisnu untuk segera menikah karena umur Wisnu yang memang sudah pantas untuk menikah dan kehidupan Wisnu yang sudah sangat berkecukupan sebagai dokter.

Wisnu selalu beralasan masih ingin membantu ibunya untuk membiayai sekolah adik-adiknya. Apalagi dia adalah anak tertua dan ayahnya sudah meninggal 8 tahun yang lalu akibat sakit kanker. Otomatis dia mempunyai tanggung jawab besar untuk membantu ibunya untuk menjaga dan membiayai sekolah adik-adiknya. Wisnu adalah anak pertama dari 6 bersaudara. Dia mempunyai 4 adik laki-laki dan satu adik perempuan paling bungsu.

Adit adalah adik pertama Wisnu. Sekarang dia sudah berumur 25 tahun dan akan menyelesaikan S2 nya di jurusan arsitektur UI 3 bulan lagi. Dia juga sudah diterima bekerja di perusahaan terkemuka di Jakarta. Adit sangat dekat dengan Wisnu karena jarak umur mereka yang hanya 2 tahun. Mereka sering curhat satu sama lain dan sering bertengkar bersama. Adit jugalah yang menguatkan Wisnu agar tidak terlalu bersedih mengenang Irena. Dia tinggal bersama Wisnu di Jakarta.

Adik laki-laki nomer 2 Wisnu bernama Cahya. Cahya berumur 20thn dan sedang kuliah di kampus ITB Bandung. Dia mengambil jurusan Ekonomi Manajemen. Cahya sangat berani dan bisa di bilang nekat. Dia sangat jago beladiri dan karate. Dia juga orang yang sangat kerasa kepala dan emosian. Dia selalu membantah apa yang menurutnya salah. Tetapi dari sifat keras kepalanya itu dia sering membuat orang tuanya bangga. Wisnu sering sekali cekcok dengan Cahya. Walaupun begitu mereka saling menyayangi satu sama lain.

Adik wisnu nomer 3 dan 4 adalah si kembar Eka dan Ezar. Mereka sedang menyelesaikan sekolahnya di SMA yang hampir mendekati ujian. Mereka sangat cerdas dan pintar. Mereka juga sangat jahil pada adik bungsu mereka Dinda. Wisnu tidak terlalu begitu dekat dengan si kembar. Tetapi dia juga sangat menyayangi ke dua adaiknya itu.

Adik wisnu yang terakhir dan paling bungsu adalah Dinda. Dinda masih berumur 7 tahun dan masih kelas 2 SD. Dinda adalah adik perempuan Wisnu satu-satunya yang sangat di harapkan ayahnya. Sayangnya ayahnya tidak bisa melihat anak yang di harapkannya tumbuh hingga dewasa karena lebih dulu dipanggil oleh Allah ketika Dinda masih di dalam kandungan berumur 4 bulan. Tubuh Dinda sangat lemah dan gampang sakit-sakitan. Karena Dinda lahir premature.

Saat ayah Wisnu meninggal dunia, keluarga Wisnu dalam keadaan terpuruk. Bunda yang sedang mengandung adik bungsu Wisnu, jadi sering sakit-sakitan. Sehingga harus melahirkan adik bungsu Wisnu dalam keadaan premature pada usia kandungan 8 bulan. Waktu itu Wisnu baru saja lulu SMA. Dia tidak ingin melanjutkan kuliah karena keadaan ekonomi mereka. Tetapi bunda tetap ingin agar Wisnu kuliah karena itu pesan ayah sebelum meninggal dunia agar semua anaknya melanjutkan sekolahnya hingga perguruan tinggi.

Paman wisnu menawarkan agar Wisnu kuliah di Jakarta dan semua biaya akan ditanggung olehnya. Wisnu akhirnya menerima tawaran pamannya dan kuliah di Universitas Moestopo jurusan Kedokteran. Wisnu belajar giat agar bisa cepat selesai kuliahnya dan bisa segera menjadi seorang dokter sesuai cita-citanya. Karena kepintaran dan ketekunan Wisnu, dia mendapatkan beasiswa melanjutkan kuliahnya di UI. Wisnu menerima beasiswa itu. Dia selalu belajar giat agar cepat selesai an membanggakan bundanya.

Sekarang kehidupan Wisnu sudah sangat sukses. Dia sudah bekerja sebagai dokter di suatu rumah sakit besar di Jakarta. Dia juga mengontrak sebuah rumah kecil di daerah Jakarta utara. Adit juga segera menyusul Wisnu tinggal di Jakarta dan kuliah dnga beasiswanya di UI jurusan Arsitektur. Dia juga sudah di terima di perusahaan di Jakarta.

Wisnu mengingat semua kejadian masa remajanya dengan rasa haru dan sedih. Hari sudah beranjak maghrib. Anak-anak kecil yang tadi asyik bermain di taman sudah kembali ke rumahnya semua. Wisnu segera beranjak dari tempat duduknya dan memakai kembali kalung liontinnya. Wisnu mengambil motornya yang di parkir tidak jauh dari temapt duduknya. Dia meninggalkan taman itu.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Cinta Abadi Kita 'The End'

4 tahun kemudian

Fathan dan Fitri duduk bersama di atas rumah pohon mereka dan memandang ke dua anak kecil yang sedang bermain bersama di pinggir. Mereka mengingat kembali pertemuan pertama kali mereka di danau dan masa lalu mereka yang penuh dengan kebahagiaan dan kesedihan, tetapi sekarang kebahagiaanlah yang mereka rasakan untuk selamanya.

Setelah menjalani operasi pencakokan hati, Fitri dinyatakan telah sembuh total. Dia bisa menjalani kehidupan normal untuk selamanya. Fitri sempat menyesal dan sedih ketika mengetahui bahwa Donita telah meninggal dan organ hatinya yang baru adalah milik Donita. Jika dia yahu hal itu lebih awal, dia pasti akan menolaknya. Dia tidak mau kesembuhannya membuat seseorang menderita. Tetapi Fathan myakinkan bahwa ini adalah keinginan Donita sendiri. Yang bisa Fitri lakukan sekarang adalah menjaga organ hatinya sebaik-baiknya.

Satu bulan setelah Fitri dinyatakan sembuh total, Fathan melamar Fitri. Mereka menikah pada tanggal 10 bulan 11. Dan dilaksanakan di dua tempat, yaitu danau tempat mereka berdua pertama kali bertemu dan danau belakan skolah SMA mereka. Pernikahan mereka cukup sederhana dan tidak terlalu mewah. Tapi terkesan sangat romantic. Fathan dan Fitri sangat bahagi pada waktu itu. Karena setelah sekian lama terpisah mereka dapat menyatukan cinta mereka dalam ikatan yang suci.

Kehidupan rumah tangga Fathan dan Fitri semakin bahagia ketika Fitri melahirkan sepasang putra kembar, anak pertama mereka. Putra kembar mereka menjadi hadiah pernikahan mereka yang pertama.dari Allah SWT. Kedua putra kembar mereka di beri nama Pangeran Raffa Emeraldi Hutama untuk anak pertama dan Raja Rafki Emeraldi Hutama.

2 tahun setelah kelahiran anak pertama mereka, Fitri melahirkan lagi anak kedua mereka. Anak kedua mereka berjenis kelamin perempuan melengkapi keluarga kecil mereka yang selalu bahagia. Anak kedua mereka bernama Putri Cantika Fitriana Emeraldi Hutama. Keluarga mereka selalu bahagia untuk selamanya.

Hubungan Fathan dan keluarga Donita masih sangat dekat. Mereka sering bertemu dan berlibur bersama. Fathan dan Fitri ingin sekali menjodohkan salah satu dari putra mereka dengan putri bungsu Donita yang bernama Bintang Aliza Putri Moza Ananta. Tetapi mereka tidak ingin memaksakan perjodohan itu jika Raffa, Bintang, dan Rifki tidak saling cinta. Mereka ingin agar perasaan cinta itu tumbuh sendiri di hati mereka bertiga.

“ayah, bunda” panggil kedua anak kecil yang berada di bawah pohon.

“ayah sama bunda turun dong. Rifki kan nggak bisa naik ke atas” pinta Raja.

“iya bentar sayang. Ini ayah sama bunda juga mau turun kok” jawab Fitri lembut. Fathan turun lebih dahulu dan membatu Fitri untuk turun.

“kok kalian nggk ikut main sama kak Pangeran dan kak Bintang sih?” tanya Fathan.

“nggak ah. Ntar baja Raja sama dek Cantik basah. Ntar kalau basah, kita bisa sakit.” Jawab Raja polos.

“pinter nih anak ayah. Siapa dulu dong ayahnya, ayah Farel gitu lho” kata Farel sambil membusungkan dada.

“oh, gitu. Jadi semua anak ayah nie. Nggak ada yang anak bunda. Ya udah deh, ntar nggak pada bunda masakkin sate. Bunda kan pengen buat sate.” Ujar Fitri sambil cemberut.

“aku anak bunda kok.” Sahut Pangeran yang mendengar pembicaraan Fathan, Fitri, dan Raj.

“Raja juga anak Bunda” sahut Raja.

“yah, jadi yang anak ayah siapa dong? Cantika aja ya yang anak ayah?” tanya Fathan pada Cantika. Tetapi Cantika mendekat pada Fitri dan memeluk kakinya. Gentian Fathan yang cemberut, sementara Fitri tersenyum senang.

“yah, ayah nggak punya temen. Hehe…” sahut Pangeran sambil terkekeh senang. “biar adil kita semua anak Ayah dan Bunda deh.” Lanjut Pangeran.

“nah, itu baru adil. Kasihan ayah. Makanya besok lagi jangan gitu lagi ya, ayah” sahut Fitri sambil tersenyum menang. Fathan langsung memeluk Fitri dan menggelitiki Fitri. Fitri langsung berlari menghindar. Fathan dan Fitri berlari-lari seperti anak kecil dan tertawa bahagia. Anak-anak mereka tertawa senang. Benar-benar keluarga yang sangat bahagia.

“udah yah. Malu tuh di lihat anak-anak. Kita seperti anak kecil aja. Hehe…”

“iya deh. Ayah juga udah capek ngejar ibu terus. Ya udah sekarang kita pulang yuk. Udah hampir maghrib. Pangeran, Bintang, ayo kesini. Kita pulang sekarang” ajak Fathan.

“iya ayah. Ayo tuan putri, kita pulang” ajak Pangeran pada Bintang. Pangeran memang suka memanggil Bintang dengan nama Putri. Agar mirip kisah Fathan dan Fitri dulu yang sering diceritakan mereka.

Pangeran menggandeng tangan Bintang dan berjalan menuju Fathan dan Fitri. Fitri menggendong Cantika dan menggandeng tangan Rifki. Fathan menggandeng tangan Pangeran dan Putri menggandeng tangan Rifki. Mereka berjalan bersama meninggalkan Danau yang menampilkan pemandangan sore yang indah pada waktu itu. Kehidupan Fathan dan Fitri akan selalu bahagia selamanya.

TAMAT

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Cinta Abadi Kita 8

Sesampainya di rumah sakit Fitri segera di tangani oleh dokter. Fathan ingin ikut mengobati Fitri. Tetapi dokter Bemby melarangnya dan menyuru Fathan untuk merawat lukanya dan luka Donita. Fathan mengalami patah tulang kaki akibat salah jtuh saat terkena samping mobil tadi. Sementara Donita kepalanya terluka kecil, kandungannya pun tidak mengalami gangguan.

Pengemudi mobil yang menabrak Fitri, Fathan dan Donita sudah tertangkap berkat bantuan warga yang tinggal di tempat Fitri tetabrak. Warga setempat telah mencatat plat nomer mobil yang menabrak Fitri. Polisi sudah melacak pemilik mobil itu yang ternyata adalah Mischa. Mischa di tangkap saat sedang bermabuk-mabukkan di rumahnya.

Fathan yang mendengar berita tertangkapnya pengemudi mobil yang mencelakai Fitri adalah Misch langsung geram dan marah pada Mischa. Dia mendatangi kantor polisi yang menahan Mischa. Ketika menemui Mischa, Fathan sangat marah dan mencaci maki Mischa. Dia sempat ingin membunuh Mischa. Untungnya Adly berada di samping Fathan sehingga dapat meredakan amarah Fathan. Adly langsung membawa Fathan kembali ke rumah sakit sebelum Fathan melakukan tindakan yang nekat.

Keadaan Fitri semakin parah. Sehingga mengalami koma. Dokter tidak bisa memastikan apakah Fitri bisa bertahan atau tidak. Karena luka di tubuhnya sangat parah dan penyakit sirosisnya juga bertambah parah. Fathan selalu menemani Fitri di rumah sakit. Setiap selesai praktek dia selalu menyempatkan waktu untuk menjaga Fitri. Fathan begitu setia menunggui dan merawat Fitri. Dia tidak mau Putri cantinya meninggalkan dia untuk yang ke dua kalinya.

Satu minggu setelah Fitri di rawat Donita juga masuk rumah sakit. Dia pingsan di kamar mandi. Keluarganya sangat khawatir dengan keadaan Donita dan langsung membawa Donita ke rumah sakit. Fathan juga ikut menemani menunggui Donita. Dia juga sangat khawatir dengan Donita.

Dokter segera menangani Donita dan memeriksa kandungannya. Setelah selesai memeriksa kandungan Donita, Dokter segera menemui Fathan dan keluarga Donita. Dokter mengatakan bahwa Donita terkena gejala Anemia berat dan dapat mengakibatkan kesulitan dalam melahirkan bayinya. Dokter terpaksa harus menyelamatkan salah satu diantara Donita dan bayinya. Om Dani menginginkan selamat dua-duanya. Tetapi Dokter tidak bisa menjamin keselamatan keduanya. Om Dani lebih memilih Donita.

Donita yang baru saja tersadar dari pingsannya menolak keinginan Om Dani. Dia tetap ingin melahirkan bayinya apapun resikonya. Karena anak ini adalah titipan dari Randy agar bisa hidup di dunia ini. Donita meminta agar yang di selamatkan adalah bayinya saja karena dia masih bisa mmpunyai masa depan yang cerah. Om Dani tidak setuju dengan permintaan Donita. Dia tidak ingin kehilangan orang yang disayangnya lagi untuk yang ketiga kalinya.

Tiba-tiba Donita merasa perutnya mulas dan sakit akan melahirkan. Dokter segera membantu Donita. Dokter berjanji akan berusaha menyelamatkan keduanya. Sebelum di bawa ke ruang persalinan Donita meminta bicara sebentar dngan Farel dan Tristan kedua putranya. Donita berkata pada Farel dan Tristan untuk menjaga dan menyayangi adik mereka dengan baik. Farel dan Tristan mndengar prmintaan Donita. Mereka berjanji akan menjaga adik bayi dan akan menyayanginya. Mereka juga meminta pada Donita agar bisa berjuang dan bertahan.

Donita segera di bawa ke ruang persalinan. Fathan, Adly dan keluarga Donita menunggu dengan cemas dan khawatir. Farel dan Tristan tidak bisa berhenti menangis karena khawatir dan takut Donita kenapa-napa. Fathan menenangkan mereka dan mengajak mereka untuk sholat dan berdoa di mushola rumah sakit agar Donita bisa selamat. Fathan, Aly, dan anak-anak Donita segera menuju ke mushola rumah sakit berdoa untuk Donita.

Sekembalinya mereka dari mushola, Dokter keluar ruangan dengan wajah bingung dan sedih. Fathn, Adly, dan keluarga Donita segera brtanya kepada Dokter tentang keadaan Donita. Dokter mengatakn bahwa bayi Donita lahir dengan selamat dan berjenis kelamin perempuan. Sayangnya Donita mengalami kekurangan banyak darah dan keadaannya sedang kritis. Dokter akan berusaha semampunya untuk menyelamatkan Donita.

Tiba-tiba, seorang suster keluar dari ruang persalinan. Dan mengatakan bahwa denyut jantung Donita melemah. Suster itu juga mengatakan bahwa Donita ingin menemui Fathan, Adly, dan keluarganya. Fathan, Adly, dan yang lainnya segera masuk ke ruang persalinan.Keadaan Donita sudah semakin melemah. Tetapi dia berusaha untuk bisa bertahan beberapa menit agar bisa bicara dengan semua orang yang dia sayangi. Ketika sahabat dan keluarganya masuk, Donita berusah tersenyum bahagia.

Om Dani langsung menanyakan keadaan Donita. Dia juga menyuruh Donita agar bisa kuat dan bisa bertahan. Dengan tersenyum Donita meminta maaf pada Om Dani karena dia sudah tidak kuat lagi. Orang tuanya sudah menyuruhnya untuk mngikuti mereka ke surga. Dia juga mengucapkan terima kasih karena telah menjaga dan merawat Donita dan Demian setelah orang tuanya pergi. Dia juga meminta maaf karena selama ini telah merepotkan dan mengecewakan om Dani. Om Dani hanya bisa mengatakan bahwa dia sangat menyayangi Donita dan sudah menganggap Donita seperti anak kandung sendiri.

Donita berlajut ke adiknya Demian. Donita meminta maaf karena harus pergi lebih dahulu ke tempat orang tua mereka. Dia juga mengingatkan Demian agar menjadi anak yang baik dan sukses. Demian juga harus selalu mematuhi perkataan om Dani karena tinggal om Dani lah keluarganya satu-satunya. Demian menangis mendengar perkataan Donita. Dia sangat sedih karena harus kehilangan orang yang sangat dicintainya untuk kesekian kalinya.

Donita Dia tersenyum pada Fathan dan Adly. Donita mengucapkan terima kasih karena telah menjadi sahabat Donita selama ini. Donita juga mengatakan pada Fathan akan mendonorkan organ hatinya kepada Fitri agar Fitri bisa hidup bahagia bersama Fathan. Fathan menolak keinginan Donita. Karena dia yakin bahwa Donita bisa bertahan karena Donita adalah wanita yang kuat dan tegar. Soal masalah donor hati untuk Fitri dia sudah mencarinya dan hampir mendapatkannya. Jadi Donita tidak pelu khawatir lagi. Donita hanya menggleng dan tetap akan mendonorkan hatinya untuk Fitri.

Donita memndang kepada Farel dan Tristan. Ke dua anak Donita hanya bisa menangis melihat keadaan Donita yang semakin melemah. Donita tersenyum sedih memandang ke dua jagoan ciliknya itu. Donit berkata pada ke dua anaknya agar menjadi anak yang pintar, sholeh, rajin, nurut kata om Dani dan semua orang yang ada di ruangan itu, dan saling menyayangi satu sama lain. Mereka juga harus sayang dan merawat adik bayi mereka dengan baik. Donita dan Rnady akan selalu mengawasi mereka dan menjaga mereka dari langit sana. Donita tidak kuasa menahan air matanya yang ingin mengalir. Ke dua anak Donita segera memeluk Donita.

Keadaan Donita semakn lemah. Dia meminta pada Fathan, Adly, Demian, dan Om Dani agar merawat anak-anaknya dengan baik. Donita semakin melemah. Gengaman tangannya pada anak-anaknya mulai renggang. Dia sudah tidak kuat lagi. Donita menutup matanya perlahan-lahan. Denyut jantunganya mulaitak terdengar lagi. Donita sudah meninggal. Fathan, Adly, dan keluarga Donita berteriak memanggil Donita. Mereka menangis dan mengguncang-guncangkan tubuh Donita agar bangun. Sayangnya Donita tidak bangun-bangun. Dia tertidur sangat damai. Dokter segera melepas alat denyut jantung dan pernapasan Donita. Donita sudah tenang berada di atas sana.

Fathan dan Adly masih brada di pemakaman kuburan Donita. Mereka masih menunggui keluarga Donita yang masih ingin di situ. Om Dani dan Demian berusaha membujuk Farel dan Tristan yang tidak mau pulang ke rumah. Mereka ingin meneani Donita di kuburan. Para pelayat sudah pulang semua.

Kak Ryanty mendekati Fathan dan Adly. Dia menyerahkan 3 surat yang di tulis Donita sebelum meninggal. 1 surat lagi untuk Fitri. Fathan bertanya, apa yang akan dilakukan Om Dani dan kak Ryanty selanjutnya. Kak Ryanty menjawab mereka akan tetap tinggal di Indonesia, tetapi tidak tinggal di rumah Donita lagi. Mereka berencana menjual rumah itu dan akan membeli rumah yang lain. Karena di rumah itu sudah terlalu banyak kenangan yang tidak mungkin di terlupakan. Kak Ryanty juga mengatakan bahwa Fathan boleh mengunjungi Farel dan Tristan kapan pun. Karena Farel dan Tristan sudah menganggap Fathan dan Adly seperti ayah mereka sendiri. Fathan menawarkan diri untuk membantu mencarikan rumah baru. Tetapi kak Ryanty menolaknya.

Farel dan Tristan masih tidak mau beranjak dari makam Donita. Om Dani dan Tristan sudah lelah membujuk mereka berdua. Fathan mencoba membujuk Farel dan Tristan. Dia duduk di sebelah Farel.

“om Fathan apakah mama tidak akan kedinginan berada di dalam sana? Lalu siapa yang menemani mama di dalam sana? Farel ingin ikut mama” Tanya Farel

“mama nggak akan kedinginan di dalam sana. Mama akan tinggal di surga. Di surga itu tempatnya enak banget. Sekarang mama sedang ketemu sama papa disana. Mama dan papa akan selalu jaga dan lihat Farel dan Tristan dari surga. Mereka akan sedih banget kalau Farel dan Tristan sedih terus seperti ini. Mama dan papa ingin agar Farel dan Tristan menjadi anak yang sholeh, pinter, baik dan bias membanggakan semua orang. Lebih baik sekarang kita berdoa buat mama dan papa supaya mereka tenang dan bahagia di surga.” Jelas Fathan.

“istan mau doain mama dan papa.” Kata Tristan. Fathan membimbing Farel dan Tristan berdoa untuk Donita. Setelah itu dia mengajak Farel dan Tristan pulang.

Fathan kembali ke rumah sakit. Tetapi dia langsung menuju ke taman belakang rumah sakit. Dia ingin membaca surat terakhir dari Donita untuknya.

Dear Fathan

Yang selalu aku cinta

Fathan jika kamu menerima surat ini mungkin aku sudah pergi dari dunia ini untuk selamanya. Fathan Aku menulis surat ini sambil mengingat masa kecil kita yang selalu bahagia. Jujur aku sangat senang bisa berkenalan dan bersahabat denganmu dan Adly.

Fathan di surat ini aku ingin mengungkapkan bahwa aku sudah mencintaimu sejak kita kecil. Mungkin aku lebih dulu mencintaimu, sebelum kamu bertemu dengan putrid cantik yang ternyata adalah Fitri. Aku tidak berani mengungkapkan perasaanku padamu karna aku tidak ingin merusak persahabatan kita. Aku sangat sedih dan kecewa ketika kamu mengatakan mencintai putri cantik. Tetapi aku menahan perasaanku karena melihatmu tersenyum bahagia.

Fathan sampai SMA aku masih memendam perasaan cinta ku padamu. Tetapi aku harus menelan kekecewaan lagi ketika Fitri hadir diantara kita dan kamu mencintainya. Aku ingin sekali mengatakan perasaan cintaku padamu. Tetapi melihat kebahagiaanmu bersama Fitri, aku tidak bisa merusak senyum di wajahmu itu.

Fathan, aku semakin yakin bahwa kamu memang ditakdirkan untuk Fitri ketika dia menceritakan bahwa dia adalah putri cantik. Kesempatanku untuk bisa mencintai dan dicintai olehmu sudah tidak ada lagi. Aku berusaha menerima semuanya dengan ikhlas walaupun itu sulit. Hingga akhirnya aku bertemu dengan Randy suamiku. Dia mengobati rasa sakit cintaku padamu. Sayangnya, pertemuan kami hanya berlangsung singkat. Dia pergi meninggalkanku untuk selamanya. Hatiku merasakan sakit untuk kedua kalinya.

Sejak kembali bertemu denganmu perasaan cintaku padamu muncul kembali. Tetapi aku tidak bisa mencintaimu lagi karena kamu masih sangat mencintai Fitri. Aku mencoba menahan perasaanku padamu sekali lagi dan rasanya sangat sakit melebihi rasa sakitku mengandung bayiku karena aku terkena anemia berat. Aku merasa yakin bahwa hidupku di dunia ini tinggal sebentar lagi. Aku tidak ingin meninggalkanmu Fathan. Aku ingin selalu disampingmu walaupun selalu kekecewaan dan rasa sakit yang aku dapatkan. Tetapi aku rela menerima semuaitu karena aku mencintaimu.

Aku tahu takdir tidak mengijinkan kita untuk bersama karena aku harus menyusul suamiku yang selalu mencintaiku. Tetapi aku ingin meninggalkan bagian dari tubuhku untuk bisa selalu mencintaimu. aku memutuskan untuk mendonorkan organ hatiku pada Fitri. Agar dengan hatiku ini aku bisa mencintaimu untuk selamanya. Me love you forever. I love you Fathan. I love you forver.

Dari sahabat yang mencintaimu

Donita

Fathan melipat surat dari Donita. Dia tidak menyagka bahwa Donita sangat mencintainya. Sebenarnya Fathan sempat merasakan perasaan cinta pada Donita. Tetapi sifat Donita yang seperti menolak Fathan dan tidak menyukai Fathan membuat Fathan mundur dari perasaannya. Perasaannya tidak menyadari bahwa Donita juga mencintainya. Dia sudah terlanjur jatuh cinta pada Fitri. Sekarang semuanya sudah terlambat. Yang dapat dia lakukan sekarang adalah selalu mencintai Fitri sepenuh hatinya. Karena di dalam tubuh Fitri sekarang terdapat dua wanita yang sangat dia cintai, yaitu Fitri dan Donita.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS