Pukul 3 pagi, Wisnu sudah bangun dari tidurnya. Padahal malam sebelumnya Wisnu baru bisa tidur jam 12 malam. Dia memang mempunyai kebiasaan sering tidur malam tetapi bangun selalu jam 3 pagi. Bundanya sering mengingatkan Wisnu agar menghilangkan kebiasaan tidurnya itu. Karena tidak bagus untuk kesehatannya. Tetapi kebiasaan Wisnu itu tidak mudah dihilangkan. Karena turunan dari ayahnya.
Setelah membereskan tempat tidurnya, Wisnu beranjak pergi ke kamar mandi untuk wudlu. Setiap bangun pagi Wisnu selalu melakukan sholat malam. Wisnu termasuk laki-laki yang religius. Dia tidak pernah meninggalkan sholat walapun dia sangat sibuk sekali. Karena itu merupakan wasiat ayahnya sabelum meninggal. Setelah melaksanakan sholat malam, Wisnu mengambil Al-Qur’annya dan mengaji sambil menunggu adzan sholat subuh.
Saat membaca Al-Qur’an, tiba-tiba kepala Wisnu terasa sangat sakit sekali. Wisnu mengakhiri bacaannya dan mengembalikan Al-Qur’annya ke tempat semula. Kepala Wisnu sangat pusing dan pandangannya juga menjadi kabur. Wisnu berpegangan pada kursi agar tidak jatuh. Tiba-tiba hidungnya mengelurkan darah. Wisnu segera membersihkan darahnya. Saat membersihkan darah yang keluar dari hidungnya, tubuh Wisnu menjadi limbung. Dia terjatuh ke lantai. Kepala belakangnya membentur pinggir tempat tidur dan kursi yang dia jadikan pegangan jatuh menimpa kakinya. Wisnu menjerit kesakitan.
Adit yang mendengar suara gaduh dari kamar Wisnu segera bangun dan berlari menuju kamar Wisnu. Dia sangat terkejut melihat Wisnu jatuh tertimpa kursi. Adit segera menolong Wisnu dan membawanya ke tempat tidur.
“mas, mas Wisnu nggak papa kan?” tanya Adit sambil memapah Wisnu menuju tempat tidur.
“nggak papa. Tadi tiba-tiba kepala mas sakit dan pandangan mas agak kabur. Tapi tenang aja,sekarang mas sudah agak mendingan. Cuma masih sedikit pusing dan kaki mas keseleo gara-gara kejatuhan kursi tadi.” Jawab Wisnu.
“ya udah, kepala mas aku pijitin aja. Supaya agak enakan ya.” Tawar Adit. Adit memijit kepala Wisnu dengan hati-hati.
“mas, mas Wisnu hilangin dong sifat mas yang selalu tidur malem tapi bangun selalu pagi-pagi. Itu kan sifat yang jelek mas. Mas juga harus lebih banyak istirahat, jangan terlalu sibuk kerja. Bunda kan udah pesen sama mas supaya nggak terlalu sibuk.” Nasehat Adit.
“iya. Tenang aja. Mas pasti jaga kesehatan mas dan banyak istirahat.” Sahut Wisnu
“oh ya, mas. Tadi Bunda telpon aku nanyain keadaan mas. Bunda juga tanya kenapa udah dua minggu ini mas nggak telpon Bunda. Katanya Bunda kamgen dan khawatir sama mas Wisnu. Dinda juga kangen banget sama mas Wisnu aku, dan Cahya.” Lapor Adit.
“astaghfirullah, mas bener-bener lupa belum nelpon bunda. Akhir-akhir ini mas sibuk ngurus pasien yang terlalu banyak. Apalagi mas juga bantuin dokter Imam yang lagi dinas ke luar kota. Jadi mas sibuk banget dan lupa telpon Bunda. Ya udah, ntar siang setelah praktek mas akan telp[on Bunda. Supaya bunda nggak terlalu khawatir sama mas.” Kata Wisnu.
“oh ya, apa Cahya nggak pulang ke Jogja? Minggu ini kan dia liburan kan?” tanya Wisnu.
Adit bingung antara memberitahu yang sebenarnya pada Wisnu atau tidak bahwa Cahya sekarang sedang bekerja untuk menambah uang jajan. Wisnu memang tidak suka melihat adiknya sekolah sambil bekerja. Karena dapat menggangu sekolah mreka. Biar Wisnu saja yang bekerja untuk mencari uang sekolah mereka.
Wisnu memanggil Adit yang sedang melamun. Dia bertanya lagi soal Cahya pada Adit. Adit terpaksa melaporkan bahwa Cahya sekarang sedang bekerja mengisi liburan. Mendegar laporan Adit terang saja Wisnu langsung marah dan kesal. Adit berusaha menenangkan Wisnu. Tetapi Wisnu masih tetap merasa marah. Dia mengatakan akan menelepon Cahya dan menegurnya nanti siang setelah menelepon Bunda. Wisnu juga memeperingatkan Adit supaya jangan bekerja dulu sebelum menyelesaikan kuliahnya.
Wisnu sedang duduk di bangku taman Rumah Sakit. Dia baru saja selesai menelpon bundanya dan Cahya. Saat mnelepon Cahya, Wisnu sempat berdebat dengan Cahya. Dia tidak suka Cahya bekerja dan menyuruh Cahya untuk pulang saja slama liburan. Dia juga menyuruh Cahya agar berhenti dari pekerjaannya. Tetapi Cahya tetap ngotot dan keras kepala ingin tetap bekerja. Cahya mencoba menjelaskan alasannya pada Wisnu. Tetapi Wisnu tidak ingin mndengarkan alasan Cahya dan tetap menyuruh Cahya untuk berhenti bekerja dan pulang ke Jogja selama liburan. Cahya yang tetap ingin bekerja langsung menutup telpon Wisnu dan tidak mau menuruti permintaan Wisnu.
Wisnu masih agak kesal dengan kelakuan Cahya yang sangat keras kepala. Tetapi dia tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Karena jika semakin di tentang maka Cahya akan tetap semakin nekat dan melawan. Dia hanya bisa membiarkan Cahya berbuat semaunya asalkan masih dalam taraf yang wajar. Dia memberi sedikit kepercayaan pada Cahya untuk melakukan segala sesuatu yang dia inginkan. Tetapi akan menentangnya jika perbuatan itu slah dan menyimpang dari agama.
Wisnu beranjak dari tempat duduknya dan kmbali menuju ke rumah sakit. Hari ini dia masih ada jadwal praktek hingga nanti sore. Saat berjalan tiba-tiba kepala Wisnu pusing sekali dan pendangannya juga kabur. Wisnu berpegangan pada tembok agar tidak ambruk. Saat akan berbelok, tiba-tiba dari arah berlawanan ada seorang gadi yang berjalan sambil membaca. Wisnu dan gadis itu saling bertabrakkan. Gadis itu jatuh menimpa tubuh Wisnu. Mereka terkejut dan saling bertatapan satu sama lain. Saat bertatapan, Wisnu merasakan sesuatu perasaan yang aneh di dalam dirnya. Jantungnya berdegup dengan cepat dan hatinya serasa berdesir sejuk. Wisnu memandang gadis itu dan merasa seakan-akan waktu berhenti diantara mereka berdua.
Gadis itu segera tersadar dan bangun dari badan Wisnu. Dia segera meminta maaf pada Wisnu dan membantu Wisnu bangun. Tetapi, tiba-tiba Gadis itu limbung dan akan jatuh. Untungnya Wisnu segera menangkap gais itu sehingga di tidak jatuh ke lantai. Mreka sempat berpandangan sesaat hingga akhirnya Wisnu tersadar dan membantu gadis itu berdiri.
“kamu ngaak papa kan? Sepertinya kakimu keseleo.” Tanya Wisnu. Wisnu tetap menahan tubuh gadis itu. Karena sepertinya kaki Gadis itu keseleo.
“nggak papa kok. Kaki saya baik-baik aja. Nie buktinya” kata gadis itu sambil melepas pegangan Wisnu dan meloncat-loncat. Ttapi tuiba-tiba badannya limbung lagi dan kakinya terasa sakit. Wisnu segera menangkap tubuh gadis itu sebelum jatuh ke lantai.
“tuh kan, kakimu memang keseleo. Ya udah, lebih baik kita duduk di bangku itu. Biar saya lihat kakimu. Parah nggak keseleonya” kata Wisnu sambil menunjuk bangku yang tidak jauh dari tmpat mereka bertabrakkan.
Gadis itu hanya mengangguk sambil menahan rasa nyeri di kakinya. Dia juga malu karena bertingkah bodoh sampai jatuh. Wisnu memapah gadis itu menuju bangku dan mendudukkannya di bangku itu. Wisnu berjongkok di depan gadis itu dan memriksa kaki gadis itu.
“sakit nggak?” tanya Wisnu sambil memijit kaki gadis itu.
“lumayan” jawab gadis itu meringis kesakitan.
“tahan ya? Biar saya urut kakimu” Wisnu kembali memijit dan mengurut kaki gadis itu. Gadis itu hany bisa menahan rasa sakit kakinya dengan memukul-mukul tanggannya ke bangku dan menggigit bibirnya. Wisnu tersenyum melihat kelakuan gadis itu.
“kamu kenapa mukul-mukul kursi itu. Hati-hati nanti bibirmu berdarah karena kamu gigitin seperti itu” kata Wisnu masih sambil memijit kaki gadis itu.
“saya memang suka ngelakuin ini kalau sedang nahan sakit supaya nggak teriak. Aauu..” sahut Gadis itu sambil teriak kesakitan. Wisnu terpaksa menutup kupingnya karena gadis itu teriak kencang sekali.
“ tuh kan. Kalau nggak gigit bibir pasti saya teriak kenceng.” Lanjut gadis itu sambil menahan malu.
“teriakan mu kenceng juga ya. Hehehe” kata Wisnu sambil terkekeh. Gadis itu hanya trtunduk malu..
“nah, udah selesai. Tapi sepertinya kamu jalannya bakalan pincang. Karena kaki kamu belum benar-benar sembuh. Harusnya sih di perban. Tapi saya lagi nggak bawa tas dokter saya.” Kata Wisnu sambil duduk di sebelah gadis itu.
“nggak papa kok. Ini juga udah lumayan baikan. Sekali lagi saya minta maaf ya. Karna udah nabrak kamu”
“nggak papa. Saya juga harusnya minta maaf karena sudah nabrak kamu. Tadi sewaktu saya berjalan kepala saya agak pusing dan pandanga saya juga kabur. Jadinya nabrak kamu dan buat kakimu keseleo.” Sahut Wisnu mnyesal.
“tenang aja. Kaki saya juga nggak terlalu sakit. Oh ya kenalin, nama saya Shirena. Tapi biasa dipanggil Ireen.”
“saya Wisnu Pratama. Tapi biasa di panggil Wisnu. Oh ya, kamu mau jengguk pasien ya?” tanya Wisnu
“nggak. Saya di sini sedang ngelakuin penelitian buat skripsi ku”
“ooh.. selamat ya udah mau lulus kuliah. Kuliah dimana dan jurusan apa?”
“makasih. Saya kuliah di Univ. Moestopo jurusan Psikolog. Dan sekarang lagi nyusun skripsi tentang psikologi anak. Dosen saya nyaranin buat melakukan penelitian di rumah sakit ini soal psikologi anak-anak yang sedang sakit keras. Insya Allah 4-6 bulan ke depan udah bisa lulus. Doain aja.”
“ tenang aja. Pasti saya doain. Univ. Moestopo ya?” wisnu mengingat lagi kenangannya di tempat kuliahnya dulu sebelum menerima beasiswa kuliah di UI.
“kenapa dok?”
“ah, nggak. Cuma jadi ingat masa-masa kuliah saya 3tahun yang lalu. Dulu saya sempat kuliah juga di Moestopo jurusan kedokteran. Tetapi keluar setelah mendapat beasiswa kuliah di UI.”
“Hoo.. oh ya, maaf dok. Saya harus duluan. Soalnya udah di tunggu sama perawat di bagian anak-anak. Saya harus ketemu beliau dulu supaya bisa bertanya-tanya sedikit.”
“biar saya antar. Lagipula kaki mu masih sakit. Biar saya mapah kamu. Gimana?” tawar Wisnu
“nggak usah. Saya nggak mau ngerepotin dokter. Lagipula dokter kan masih ada pasien yang harus dokter urus. Saya bisa sendiri kok. Saya permisi dulu ya, dok.. semoga kita bisa ketemu lagi. Permisi” pamit Ireen.
Ireen berjalan tertatih-tatih, tetapi baru beberapa langkah badannya mulai goyah dan dia pun jatuh ke lantai. Wisnu segera menghampiri Ireen dan menolongnya berdiri.
“tuh kan, apa yang saya bilang. Kamu memang belum kuat jalan. Sini biar saya bantu mapah kamu.” Ucap Wisnu sambil memapah Ireen.
Ireen hanya bisa tertunduk malu dan menurut apa kata Wisnu. Mereka berjalan sambil mengobrol. Wisnu merasa nyaman saat berada di samping Ireen. Tetapi dia tidak mengrti perasaan apa yang ia alami pada Ireen. Tetapi dia merasa pernah merasakan perasaan itu dulu. Sayangnya dia tidak ingat perasaan apa ini.
Mereka sampai di ruang perawatan anak-anak. Wisnu segera menemui Bu Lik yang merawat anak-anak. Kebtulan Wisnu sudah sangat dekat dengan bu Lik. Wisnu sering bermain di ruang perawatan anak-anak dan sudah mengenal dan dekat beberapa anak-anak disini. Wisnu menjelaskan tentang kejadian tabrakkannya dengan Ireen yang menyebabkan kaki Ireen keseleo. Ireen segera mengobrol bersama bu Lik, sementara Wisnu bermain bersama anak-anak kecil.
Wisnu harus kembali ke ruanggannya. Karena sebentar lagi dia harus praktek. Dia meminta iji kepada perawat yang menjaga dan Ireen. Ireen mengucapkan terima kasih karena sudah diantar kesini dan sudah membantunya. Wisnu juga pamit kepada anak-anak dan berjanji akan datng lgi dengan membawa makanan dan mainan. Wisnu berjalan kembali ke ruangannya. Tetapi dia merasa anaeh terhadap perasaannya yang merasa kecewa dan sedih saat meninggalkan Ireen. Tetapi dia mencoba menghilangkan perasaanya itu.
0 komentar:
Posting Komentar