Seorang lelaki berumur 27thn duduk sendirian di bangku taman. Laki-laki itu memandang ke sekitar taman yang sedang ramai di kunjungi anak-anak TK. Laki-laki itu menggengam erat sebuah kalung liontin hati yang tertera nama Wisnu dan Irena. Lelaki itu bernama Wisnu. Sudah setengah jam Wisnu duduk di bangku taman itu. Entah apa yang ingin dikerjakannya. Dia hanya ingin duduk di taman ini dan mengingat seseorang yang sangat dia cintai dan ia rindukan hingga sekarang. Seorang perempuan yang namanya masih terukir indah di liontin yang dia pegang erat dan di dalam hatinya.
Irena, perempuan yang sangat dicintai Wisnu hingga sekarang. Mereka bertemu pertama kali ketika masuk kuliah di UI jurusan kedokteran 8thn yang lalu. Awal pertemuan mereka agak kurang baik karena adanya kesalahpahaman. Tetapi setelah kesalahpahaman itu diselesaikan mereka menjadi teman yang baik. Wisnu selalu membantu Irena jika sedang dalam kesulitan, begitu pun sebaliknya. Irena seorang gadis biasa dan cuek. Dia tidak suka berias dan tampilannya santai dan tidak terlalu ribet. Dia sangat baik dan enak diajak ngobrol.
1 tahun mereka berteman, Wisnu mulai merasakan jatuh cinta pada Irena. Dia mencoba mengingkari perasan itu karena takut merusak hubungan persahabatan mereka. Tetapi perasaan itu tidak mau hilang dan bertambah semakin kuat. Wisnu menyerah terhadap perasaannya yang memang mencintai Irena dan ingin selalu bersama Irena.
Wisnu akhirnya menyatakan cinta saat mereka sedang berjalan-jalan di taman yang sedang Wisnu kunjungi sekarang. Awalnya dia sangat grogi karena tidak pernah menyatakan cinta pada gadis selama hidupnya. Mereka sempat bertengkar akibat Wisnu tidak segera mengatakan apa yang ingin dia katakan. Setelah berhasil mengatasi groginya, Wisnu menyatakan rasa cintanya.Irena sangat senang mendengar pernyataan Wisnu. Tetapi karena dia terlajur jengkel mendengar pernyataan cinta Wisnu sebelumnya yang tidak ada romantisnya, Irena bermaksud menggoda Wisnu dengan menolak cinta Wisnu.
Wisnu sangat kecewa dan sedih mendengar penolakan Irena. Wisnu menampakkan wajah yang sangat sedih dan lesu. Irena menjadi tertawa melihatnya. Dia langsung melanjutkan perkataannya tadi bahwa dia tidak bisa menolak cinta Wisnu karena dia juga sangat mencintai Wisnu selama ini. Wisnu sangat senang mendengar lanjutan pernyataan Irena. Dia langsung melonjak senang dan merangkul Irena dengan erat. Irena juga sangat bahagia bisa jadian dengan cowok yang sangat dia cintai selama ini.
3 tahun Wisnu dan Irena berpacaran. Hari-hari mereka bertambah bahagia. Walaupun banyak halangan dan sempat putus nyambung 3x, tetapi cinta mereka tetap bertahan dan kekuatan cinta mereka bertambah semakin kuat. Keluarga mereka juga sudah merestui hubungan mereka. Setelah lama berpacaran, Wisnu dan Irena memutuskan untuk segera menikah. Mereka berencana menikah saat mereka lulus wisuda dan berlangsung bersamaan saat ulang tahun Wisnu ke 24 tahun. Sebelum itu mereka akan bertunangan dahulu satu tahun sebelum mereka akan menikah pada saat Irena berulang tahun ke 23 tahun.
Sayangnya manusia hanya berencana saja tuhan yang menentukan. Sebulan sebelum Wisnu dan Irena bertunangan, mereka mengalami kecelakaan. Saat mereka pulang kuliah pada malam hari, taksi yang mereka tumpangi menabrak pembatas jalan dan keluar jalur hingga menabrak pohon dengan keras. Taksi itu menghindari truk yang berjalan dengan ugal-ugalan. Wisnu selamat dari kecelakaan itu dan hanya mengalami gegar otak ringan dan patah tulang kaki dan tangan. Sayangnya Irena yang terlempar keluar taksi, meninggal dunia saat berada di ruang ICU.
Wisnu sangat sedih dan shock mendengar Irena meninggalkannya untuk selamanya. Wisnu sempat Frustasi dan menjadi pemurung. Dia juga tidak mau mengikuti terapi untuk menyembuhkan patah tulangnya. Adit, adik Wisnu mencoba menguatkan Wisnu dan memberi semangat pada Wisnu untuk bangkit kembali. Wisnu mencoba mendengarkan nasihat Adit. Dia mencoba agar tidak terpuruk mengingat Irena. Dia menjalani aktivitasnya lagi. Walaupun masih agak sulit karena masih sering mengingat kenangannya bersama Irena, tetapi dengan dukungan semangat dari keluarganya, keluarga Irena, dan teman-temannya Wisnu dapat menjalani kehidupannya seperti dulu lagi. Hubungannya dengan keluarga Irena juga masih sangat baik. Keluarga Irena sudah menganggap Wisnu sebagai keluarga mereka sendiri.
Wisnu masih duduk di taman sambil mengingat kenangannya bersama Irena. Walaupun sudah 4 tahun berlalu tetapi Wisnu tidak bisa melupakan Irena. Wisnu juga belum bisa membuka hatinya untuk orang lain karena masih sangat mencintai Irena. Sudah banyak gadis yang ingin menjalin kasih dengan Wisnu. Tetapi Wisnu selalu menolak mereka karena belum bisa melupakan cintanya pada Irena. Padahal keluarga Wisnu sudah menyuruh Wisnu untuk segera menikah karena umur Wisnu yang memang sudah pantas untuk menikah dan kehidupan Wisnu yang sudah sangat berkecukupan sebagai dokter.
Wisnu selalu beralasan masih ingin membantu ibunya untuk membiayai sekolah adik-adiknya. Apalagi dia adalah anak tertua dan ayahnya sudah meninggal 8 tahun yang lalu akibat sakit kanker. Otomatis dia mempunyai tanggung jawab besar untuk membantu ibunya untuk menjaga dan membiayai sekolah adik-adiknya. Wisnu adalah anak pertama dari 6 bersaudara. Dia mempunyai 4 adik laki-laki dan satu adik perempuan paling bungsu.
Adit adalah adik pertama Wisnu. Sekarang dia sudah berumur 25 tahun dan akan menyelesaikan S2 nya di jurusan arsitektur UI 3 bulan lagi. Dia juga sudah diterima bekerja di perusahaan terkemuka di Jakarta. Adit sangat dekat dengan Wisnu karena jarak umur mereka yang hanya 2 tahun. Mereka sering curhat satu sama lain dan sering bertengkar bersama. Adit jugalah yang menguatkan Wisnu agar tidak terlalu bersedih mengenang Irena. Dia tinggal bersama Wisnu di Jakarta.
Adik laki-laki nomer 2 Wisnu bernama Cahya. Cahya berumur 20thn dan sedang kuliah di kampus ITB Bandung. Dia mengambil jurusan Ekonomi Manajemen. Cahya sangat berani dan bisa di bilang nekat. Dia sangat jago beladiri dan karate. Dia juga orang yang sangat kerasa kepala dan emosian. Dia selalu membantah apa yang menurutnya salah. Tetapi dari sifat keras kepalanya itu dia sering membuat orang tuanya bangga. Wisnu sering sekali cekcok dengan Cahya. Walaupun begitu mereka saling menyayangi satu sama lain.
Adik wisnu nomer 3 dan 4 adalah si kembar Eka dan Ezar. Mereka sedang menyelesaikan sekolahnya di SMA yang hampir mendekati ujian. Mereka sangat cerdas dan pintar. Mereka juga sangat jahil pada adik bungsu mereka Dinda. Wisnu tidak terlalu begitu dekat dengan si kembar. Tetapi dia juga sangat menyayangi ke dua adaiknya itu.
Adik wisnu yang terakhir dan paling bungsu adalah Dinda. Dinda masih berumur 7 tahun dan masih kelas 2 SD. Dinda adalah adik perempuan Wisnu satu-satunya yang sangat di harapkan ayahnya. Sayangnya ayahnya tidak bisa melihat anak yang di harapkannya tumbuh hingga dewasa karena lebih dulu dipanggil oleh Allah ketika Dinda masih di dalam kandungan berumur 4 bulan. Tubuh Dinda sangat lemah dan gampang sakit-sakitan. Karena Dinda lahir premature.
Saat ayah Wisnu meninggal dunia, keluarga Wisnu dalam keadaan terpuruk. Bunda yang sedang mengandung adik bungsu Wisnu, jadi sering sakit-sakitan. Sehingga harus melahirkan adik bungsu Wisnu dalam keadaan premature pada usia kandungan 8 bulan. Waktu itu Wisnu baru saja lulu SMA. Dia tidak ingin melanjutkan kuliah karena keadaan ekonomi mereka. Tetapi bunda tetap ingin agar Wisnu kuliah karena itu pesan ayah sebelum meninggal dunia agar semua anaknya melanjutkan sekolahnya hingga perguruan tinggi.
Paman wisnu menawarkan agar Wisnu kuliah di Jakarta dan semua biaya akan ditanggung olehnya. Wisnu akhirnya menerima tawaran pamannya dan kuliah di Universitas Moestopo jurusan Kedokteran. Wisnu belajar giat agar bisa cepat selesai kuliahnya dan bisa segera menjadi seorang dokter sesuai cita-citanya. Karena kepintaran dan ketekunan Wisnu, dia mendapatkan beasiswa melanjutkan kuliahnya di UI. Wisnu menerima beasiswa itu. Dia selalu belajar giat agar cepat selesai an membanggakan bundanya.
Sekarang kehidupan Wisnu sudah sangat sukses. Dia sudah bekerja sebagai dokter di suatu rumah sakit besar di Jakarta. Dia juga mengontrak sebuah rumah kecil di daerah Jakarta utara. Adit juga segera menyusul Wisnu tinggal di Jakarta dan kuliah dnga beasiswanya di UI jurusan Arsitektur. Dia juga sudah di terima di perusahaan di Jakarta.
Wisnu mengingat semua kejadian masa remajanya dengan rasa haru dan sedih. Hari sudah beranjak maghrib. Anak-anak kecil yang tadi asyik bermain di taman sudah kembali ke rumahnya semua. Wisnu segera beranjak dari tempat duduknya dan memakai kembali kalung liontinnya. Wisnu mengambil motornya yang di parkir tidak jauh dari temapt duduknya. Dia meninggalkan taman itu.
0 komentar:
Posting Komentar