Donita sudah 3 bulan tinggal di Indonesia bersama ke dua anaknya. Kehamilannya juga sudah memasuki 8 bulan. Selama tinggal di Indonesia, Donita dan kedua anaknya sudah dapat beradaptasi dengan Indonesia. Donita juga sudah memasukkan Farel ke sekolah yang dekat dengan rumah mereka. Fathan dan Adly selalu membatu Donita, jika Donita sedang dalam kesulitan dalam mengurus kedua anaknya. Fathan juga sering mengantar Donita dalam memeriksakan kandungannya.
Hari ini Donita dan kedua anaknya akan menjemput om Dani, kak Ryanty, dan adiknya Demian di bandara. Mereka akan sampai di Indonesia hari ini dan akan tinggal menetap di Indonesia bersama Donita. Fathan akan mengantar Donita dan anak-anaknya ke bandara.
Sesampainya di bandara, Donita meminta bantuan Fathan untuk berbelanja di supermarket dekat bandara. Fathan berbelanja bersama anak-anak Donita.Sementara Donita akan menunggu om Dani dan lainnya di ruang tunggu.
Donita menatap berkeliling menunggu pesawat om Dani. Ketika melihat ke pintu keluar gate di Jerman, Donita melihat sepasang orang tua yang keluar dari pintu itu. Donita merasa seperti pernah melihat pasangan orang tua itu. Donita segera ingat bahwa mereka adalah orang tua Fitri. Donita bermaksud menghampiri mereka dan menanyakan kabar Fitri.
Saat akan berjalan mendekati orang tua Fitri, tiba-tiba Farel dan Tristan berteriak memanggil-manggil nama Donita. Mereka berlari menuju Donta sambil membawa beberapa barang belanjaan. Donita heran melihat ke dua anaknya yang tidak bersama Fathan. Donita bertanya pada Farel dimana Fathan sekarang? dan kenapa mereka tidak bersama Fathan.
Farel menjawab bahwa Fathan sedang bertemu dengan temannya di supermarket tadi. Sekarang Fathan sedang berjalan sambil ngobrol bersama temnnya. Donita sudah tidak berniat menemui orang tua Fitri yang sudah menghilang. Bersama kedua anaknya dia mencari Fathan dan temnnya itu.
Donita menemukan Fathan sedang mengobrol dengan seorang wanita tidak jauh dari tempat duduknya tadi. Saat melihat wajah teman wanita Fathan itu, Donita merasa pernah meliha wanita itu di suatu tempat. Sayangnya dia tidak bisa mengingat pernah bertemu dimana. Donita memutuskan untuk mendekati mereka. Ketika dia hampir sampai di sebelah Fathan, wanita itu langsung pamit pergi. Dia sempat memandang Donita dan tersenyum manis pada Donita.
Donita bertanya pada Fathan tentang wanita itu. Fathan menjawab wanita itu adalah Putri, pasien di rumah sakitnya. Donita mengatakan bahwa dia merasa pernah melihat wanita itu. Sayangnya dia lupa pernah melihat dimana. Ketika donita bertanya pada Fathan masalah perasaannya itu, Fathan hanya menjawab, “mungkin memang benar kamu pernah melihatnya di masa lalu. Karena aku juga merasa begitu”. Setelah mengatakan jawabannya, Fathan berjalan menuju tempat Donita menunggu. Donita bingung dengan jawaban Fathan. Tetapi dia tidak bertanya lagi lebih jauh tentang Putri. Walaupun begitu, dia sangat penasaran dngan Putri.
Pesawat Om Dani, kak Ryanty, dan Demian tiba di bandara. Fathan dan Donita menyambut mereka. Kak Ryanty tidak datang seorang sendiri. Ternyata dia telah menikah dan sekarang telah mengandung 4 bulan anak pertamanya. Nama suaminya adalah Ryan. Setelah berbincang-bincang sebentar, mereka memutuskan kembali ke rumah agar om Dani dan yang lainnya bisa istirahat.
Tiba-tiba, Tristan meminta diantar ke toilet. Karena dia sudah tidak tahan ingin kencing. Donita mengantar Tristan ke toilet, sementara Fathan dan yang lain menunggu di tempat parkir.
Setelah selesai mengantar Tristan dari toilet, mereka berjalan menuju parkiran. Sewaktu mereka berada di pintu masuk bandara, Donita melihat Putri, teman yang bersama dengan Fathan tadi, sedang menyetop taksi. Donita bertambah kaget, ketika melihat dua orang tua yang bersama Putri. Mereka adalah orang tua Fitri. Donita langsung teringat bahwa dia tadi sempat merasa bahwa Putri hampir mirip dengan Fitri. Sekarang Donita bertambah yakin bahwa Putri adalah Fitri. Yang membuat dia bingung, kenapa Fitri harus menyamar menjadi orang lain?
Donita berniat untuk mendekati Fitri. Akan tetapi, Fitri keburu naik taksi dan pergi meninggalkan bandara. Donita berteriak memanggil-manggil nama. Sayangnya tiba-tiba perutnya sakit dan tidak kuat berlari. Donita memutuskan untuk berhenti mengejar Fitri dan kembali berjalan menuju ke parkiran karena sudah terlalu lama membuat Fathan dan lain menunggunya.
Hari ini Fathan, Donita dan Adly berniat mengunjungi sekolah-sekolah mereka dari SD sampai SMA. Sudah lama mereka tidak mengunjungi sekolah-sekolah mereka dulu. Mereka sangat rindu dan ingin mengingat lagi nostalgia semasa mereka sekolah dulu. Pertama mereka akan mengunjungi sekolah SD mereka yang letaknya tidak jauh dari rumah Fathan. Setelah itu, mereka akan mengunjungi sekolah SMP mereka. Siangnya, mereka akan mengunjungi sekolah SMA mereka.
Ketika di sekolah SMA Mandala Dua, Fathan mengingat kembali pertemuannya dengan Fitri dan masa-masa pacaran mereka yang sangat bahagia. Fathan sangat merindukan Fitri. Adly dan Donita mengerti perasaan Fathan yang masih sangat mencintai Fitri hingga sekarang. Mereka tidak bisa berbuat apa-apa. Yang hanya bisa Adly dan Donita lakukan hanyalah menghibur Fathan agar tidak sedih lagi.
Fathan ingin mengunjungi danau yang dulu dia pakai untuk menembak Fitri. Entah kenapa dia yakin bahwa Fitri akan datang ke danau. Adly dan Donita menuruti saja ke mauan Fathan. Mereka segera menuju ke danau dengan menggunakan mobil karena Donita tidak kuat jika harus berjalan kaki seperti dulu.
Tanpa mereka ketahui, ada seseorang yang membuntuti dari belakang mereka. Orang itu adalah teman masa lalu mereka yang selalu mengganggu hubungan Fathan dan Fitri dulu. Dialah Mischa. Selama ini mischa masih sangat dendam pada perlakuan Fathan padanya. Dia selalu ingin membuat Fathan bertekuk lutut padanya dan memohon-mohon cinta padanya. Sayangnya setelah lulus SMA, dia tidak berhasil menemukan Fathan yang sedang kuliah di Amerika. Sekarang waktunya buat Mischa untuk membalas dendam pada Fathan dan teman-temannya.
Saat turun dari mobil tiba-tiba hp Fathan berdering. Ternyata ada telpon dari temannya di rumah sakit. Fathan mengangkat telponnya dan menyuruh Donita dan Adly untuk langsung menuju ke danau. Tiba-tiba Adly juga ingin ke toilet karena perutnya sakit.. Dia langsung menuju ke toilet yang tidak jauh dari danau itu. Donita menuju sendiri ke danau.
Sesampainya di danau Donita heran melihat ada seorang cewek yang sedang duduk ditepi danau melakukan suatu gerakan. Padahal seingatnya danau ini tidak pernah di kunjungi orang karena letaknya yang agak terpencil dari jalan besar. Dia seperti mengenal cewek itu dan gerakan yang di kerjakan. Donita mendekati cewek itu dan memanggilnya “Fitri”. Gadis itu menoleh dan terkejut melihat Donita ada di tempat itu. Donita juga sangat terkejut ketika melihat orang itu adalah Putri teman Fathan tetapi menoleh ketika dipanggil dengan nama Fitri.
“ternyata benar kamu adalah Fitri. Aku sudah 3 kali bertemu denganmu. Yaitu sewaktu di bandara, rumah sakit dan di swalayan. Tapi waktu itu aku hanya tau namamu adalah Putri. Sewaktu di bandara aku melihatmu bersama orang tua Fitri. Aku kira mungkin kamu sodaranya Fitri. Sekarang aku tau kalau kamu ternyata memang Fitri. Kenap kamu harus menyamar jadi orang lain, Fit?” tanya Donita
“maafin aku, don. Ini semua harus aku lakuin untuk kebahagiaan Fathan. lagipula kamu sudah menjadi istri Fathan dan kalian sekarang juga sudah mempunyai anak. Jadi jangan katakan pada Fathan bahwa aku adalah Fitri. Aku nggak mau meruak kebahagiaan kalian” ucap Fitri.
“apa maksudmu mengatakan bahwa aku telah menikah dengan Fathan. aku dan Fathan tidak pernah menikah. Farel dan Tristan adalah anak-anakku dengan almarhum suamiku.” Jawab Donita. Fitri terkejut mendengar pernyataan Donita bahwa dia tidak pernah menikah dengan Fathan. selama ini dia mengira bahwa Fathan dan Donita telah menikah dan mempunyai anak.
“tapi Fathan sering mengatakan bahwa anak-anakmu adalah anak-anaknya.” Sahut Fitri
“astaga, fit. Kami memang seperti itu. Kami selalu menganggap anak-anak sahabat kami seperti anak kami sendiri. Sampai sekarang Fathan sam sekali belum menikah apalagi mempunyai anak. Lebih baik sekarang kamu cerita apa yang terjadi padamu selama 6 tahun kemarin. Dan kenapa kamu harus menyamar sebagai orang lain.” Tuntut Donita.
Fitri menceritakan semua yang dia alami selama selama 6 tahun terakhir. Setelah operasi 6 tahun yang lalu, Fitri mengalami koma selama 6 bulan. Orang tua Fitri khawatir melihat keadaan Fitri yang semakin menurun. Tetapi pertolongan Allah datang dan menyembuhkan Fitri. Dia sadar dari komanya dan penyakitnya juga hilang sepenuhnya.
Setelah dokter memastikan sudah tidak ada kanker di hati Fitri, Fitri langsung menjalani perawatan penyembuhan selama 1 tahun. Setelah selesai menjalani perawatan, Fitri kembali Indonesia untuk menemui Fathan. Sayangnya sewaktu datang ke rumah Fathan, rumah itu kosong dan tidak berpenghuni. Fitri bertanya pada tetangga depan rumah Fathan. ibu itu mengatakan bahwa keluarga Fathan sedang pergi entah kemana. Di juga tidak tau mereka akan pulang kapan.
Hari berikutnya, Fitri kembali ke rumah Fathan. Sayangnya rumah itu masih tetap kosong. Tetapi dia bertemu Mischa yang kebetulan sedang berada di tempat itu. Mischa mengtakan bahwa Fathan sudah pindah dari rumah itu dan tinggal di Amerika. Mischa juga mengatakan bahwa Fathan sudah menjadi miliknya sepenuhnya dan tidak mengingat Fitri lagi. Fitri tidak mempercayai perkataan Mischa. Tetapi Mischa menujukkan cincin yang bertuliskan nama Fathan dan Mischa. Fitri mnjadi sangat sedih dan kecewa.
1 tahun Fitri tinggal di Indonesia. Setelah memastikan sudah tidak ada yang tersisa untuknya di Indonesia, Fitri memutuskan untuk kembali ke Jerman dan memulai hidup barunya disana tanpa Fathan. kehidupannya di Jerman sudah berjalan normal kembali walaupun dia masih sering sedih ketika melihat kenyataan hubungan cintanya bersama Fathan harus berakhir tragis.
Sayangnya kehidupan normalnya hanya bertahan sebentar. Karena 4 bulan setelah dia tinggal di Jerman, penyakitnya muncul kembali dan menyerang dengan cepat. Dia harus menjalani lagi pengobatan yang sangat menyakitkan bagi tubuhnya. Namun semua itu hanya sia-sia saja karena organ hatinya sudah rusak sangat parah. Harapan satu-satunya hanyalah donor hati dari orang lain. Fitri kembali ke Indonesia 1 tahun yang lalu. Dia memutuskan kembali ke Indonesia karena dia ingin menghabiskan waktunya yang tinggal sebentar di Indonesia.
Fitri mengakhiri ceritanya dan memohon pada Donita agar tidak memberitahu Fathan bahwa Putri sebenarnya adalah Fitri. Dia tidak ingin menghancurkan hidup Fathan lagi untuk yang kedua kalinya jika harus meninggalkan dunia ini untuk selamanya. Tiba-tiba, seseorang muncul di belakang Fitri dan menayapa Fitri. Fitri menoleh dan…
“Putri, maksud qu Fitri.” panggil Fathan sambil memegang bahu Fitri. Fitri langsung berbalik dan terkejut melihat Fathan. Fathan dan Adly sudah sejak tadi bersembunyi di belakang pohon yang berada di belakang Fitri. Dia mendengarkan cerita Fitri dengan perasaan yang sedih dan haru. Fathan menatap Fitri dengan perasaan rindu. Fitri berdiri dan menatap Fathan.
“Fa..fathan sejak kapan kamu ada disini. Dan kenapa tadi kamu memanggilku Putri” tanya Fitri terbata-bata. Hujan turun dengan derasnya, seperti mengerti perasaan mereka berdua yang sedang sedih.
“aku sudah tahu kalau kamu Fitri sejak kita pertama kali ngobrol di taman belakang rumah sakit. Hatiku merasa yakin bahwa kamu adalah Fitri. Aku mencari tentang dirimu dari para suster. Aku juga bertanya pada dokter Bemby, yang kebetulan seniorku. Dia menceritakan semua tentangmu dan kondisimu dari waktu ke waktu.” Jawab Fathan. Donita dan Adly terkejut mendengar pernyataan Fathan. Sekarang Donita mengerti maksud ucapan Fathan sewaktu di bandara 2 minggu yang lalu. Ternyata Fathan sudah sejak lama mengetahui bahwa Putri adalah Fitri.
“jadi kamu sudah lama tahu bahwa aku adalah Fitri. Tapi kenapa kamu nggak langsung datangi aku dan marah padaku karena aku udah membohongimu menjadi orang lain?” tanya Fitri sambil menundukan mukanya menahan air matanya yang hampir terjatuh.
“Awalnya aku marah karena kamu menyamar sebagai orang lain. Tapi setelah aq mendengar cerita tentangmu dari dokter Bemby, aku tidak bisa marah padamu karena aku masih sangat mencintaimu sampai sekarang. Aku memutuskan untuk menjagamu dan mengikuti semua kemauanmu untuk berpura-pura menganggapmu sebagai Putri.” Jelas Fathan sambil mengangkat dagu Fitri dan mengusap air mata Fitri yang sudah jatuh ke pipi Fitri. Fathan memeluk tubuh Fitri dengan erat seakan tak mau melepaskannya lagi.
“ aku sangat senang akhirnya kita bisa juga bertemu, Fit. Aku sangat rindu sekali padamu. Sudah lama sekali aku ingin memelukmu seperti ini. Sejak kamu meninggalkanku 6 tahun yang lalu, hidupku terasa hampa dan kosong. Hatiku tidak bisa mencintai gadis lain selain kamu. Aku tersiksa jika tidak ada kamu di sampingku. Aku sangat mencintaimu. Berjanjilah kamu tidak akan meninggalkanku lagi dan akan selalu di sisiku untuk selamanya.” Ujar Fathan. Fitri melepaskan pelukan Fathan dan memandang Fathan.
“maafkan aku, than. Aku tidak bisa menjanjikan sesuatu yang tidak mungkin aku janjikan. Aku juga inigin selalu bersamamu untuk selamanya. Tetapi takdir tidak mungkin kita lawan. Waktu ku hanya tinggal beberapa bulan lagi Fatham….uhuk” tiba-tiba Fitri terbatuk mengeluarkan darah. Fathan langsung mengambil sapu tangan di sakunya dan memberikannya pada Fitri. Fitri menerima sapu tangan Fathan dan membersihkan darahnya.
“kamu lihatkan penyakitku semakin parah. Aku tidak mungkin bertahan lama lagi. Hati ku sudah rusak. Aku tidak akan bisa membahagiakanmu tolong lupkan cintamu padaku. Biarkan aku saja yang memendam cinta ini. Kamu berbahagialah. Karena kebahagiaanmu adalah kebahagiaan ku.” Pinta Fitri sambil menangis.
“aku tidak peduli dengan takdir. Aku akan selalu menjagamu dan akan membuatmu bahagia. Kebahagiaan ku adalah berada disisimu. Aku tidak akan bisa bahagia jika kamu tidak ada di sisiku. Aku akan mencari obat terbaik di dunia ini untuk menyembuhkanmu. aku akan selalu menemanimu selamanya” Ucap Fathan.
“fathan tolong kamu jangan jadi lemah seperti ini. Aku ingin melihat kamu selalu bahagia tanpa terbebani oleh qu. Kamu nggak akan prnah bahagia bila mencintaiku. Maaf Fathan lebih baik aku pergi meninggalkanmu dan tidak pernah muncul lagi di hadapanmu. Aku rela melakukan itu semua dmi kebahagiaanmu. Selamat tinggal Fathan” ujar Fitri tegas. Fitri berbalik pergi meninggalkan Fathan, tetapi Fathan menahan tangan Fitri dan membawanya ke dalam pelukannya. Fathan memeluk Fitri dengan erat seakan tak mau melepaskannya lagi. Fitri terkejut melihat tindakan Fathan. dia berusaha memberontak melepaskan pelukan Fathan.
“nggak. Aku nggak akan membiarkanmu pergi dari hidupku untuk ke dua kalinya. Aku akan selalu mengejarmu dan akan disisimu untuk selamanya.” Kata Fathan tegas
“Fathan, tolong lepasin aku. Biarkan aku pergi agar kamu bahagia. Please, Fathan jangan beratin aku.untuk pergi. Aku harus pergi Fathan.” mohon Fitri sambil memukul-mukul Fathan.
Fathan tidak mau melepaskan pelukannya. Dia tetap keukeuh memeluk Fitri dengan erat. Tiba-tiba Fitri terbatuk-batuk hebat. Fathan segera melepaskan pelukannya dan melihat keadaan Fitri. Dia sangat khawatir pada Fitri.
“fitri, kamu nggak apa-apa kan? Apa yang sakit, Fit? Kita ke rumah sakit sekarang ya?” tanya Fathan khawatir.
“nggak. Aku nggak papa. Lebih baik aku pergi sendiri. Maafin aku pangeran. I love you, Pangeran. Love you forever.” Sahut Fitri sambil mencium kening Fathan.
Fitri segera berlari meninggalkan Fathan yang masih terdiam di tempatnya. Donita yang sejak tadi diam melihat segera mengejar Fitri walaupun harus tertatih karena sedang hamil. Adly menghampiri Fathan dan menyadarkan Fathan. Fathan segera berlari mengejar Fitri diikuti Adly di belakangnya.
Donita terjatuh saat mengejar Fitri di jalan raya yang sedang sepi karena hujan. Fitri segera berhenti berlari dan membantu Donita berdiri. Donita meminta pada Fitri untuk tetap berada di sisi Fathan. tetapi Fitri tidak mau membebani dan membuat sedih Fathan lagi. Fitri menyuruh Donita untuk menjadi kekasih Fathan sesuai keinginan Donita.
Fathan dan Adly tiba di tempat Fitri dan Donita. Tiba-tiba mereka melihat ada sebuah mobil melaju ugal-ugalan dengan kecepatan yang tinggi. Fathan dan Adly memperingatkan Fitri dan Donita. Fathan segera berlari menuju tempat Fitri dan Donita. Mobil itu semakin mendekat kearah Fitri dan Donita. Fitri memberitahu agar Donita segera pergi dari tempat itu. Tetapi Donita tidak mau jika tidak bersama Fitri. Fitri meminta maaf pada Donita dan mendorong Donita. Untungnya Donita segera di tangkap Adly sehingga tidak terjatuh ke tanah. Walaupun begitu kepalanya terbentur tiang yang berada di sisi Adly.
Fathan berusaha mendekati Fitri dan menyuruh Fitri menyingkir dari jalan itu. Mobil itu menyenggol badan Fathan dan membuat Fathan jatuh berguling ke sisi kanan. Sementar Fitri tertabrak mobil itu dan terlempar ke sisi kiri jalan.
“Fiiiiiitttttrrrrriiiiiii………….” Teriak Fathan, Adly dan Donita bersamaan. Mereka segera berlari menghampiri Fitri. Adly lngsung mengambil mobilnya setelah membantu Donita mendekati Fitri. Fathan mengangkat badan Fitri dan menyuruh Fitri agar bangun. Dengan lemah Fitri membuka matanya. Semua badan dan kepalanya sangat sakit. Dia sudah tidak tahan lagi.
“fathan Donita. Uhuk…” Fitri tersenyum menatap Fathan dan Donita. “Donita maafin aku ya. Aku terpaksa mendorongmu. Aku nggak mau kamu ikut tertabrak seperti aku. Biarkan aku aja yang ketabrak mobil itu agar kamu dan anak dalam kandungan mu bisa selamat.” Lanjut Fitri lemah.
“iya, Fit. Aku maafin kamu. Tapi kamu juga harus bisa bertahan, Fit. Kamu harus pikirin keadaanmu sekarang. Kamu terluka parah banget, Fit.” Kata Donita sedih dan khawatir.
“nggak. Aku nggak apa-apa kok. Fathan kamu nggak apa-apa kan. Apa kamu ada yang luka. Tadi kamu kesenggol mobil itu kan?” tanya Fitri khawatir.
“sstt.. aku nggak papa kok. Kamu jangan banyak bicara dulu. Lukamu sangat parah Fitri. Kamu jangan khawatirin aku, kamu khawatirin keadaanmu dulu.” Jawab Fathan. Fitri terbatuk-batu dan mengeluarkan darah. Fathan segera mengelap darah yang keluar dengan tangannya. Fitri tersenyum melihat perlakuan Fathan padanya.
“uhuk.. terima kasih Fathan atas segalanya. Maaf aku tidak bisa membahagiakanmu. Yang pasti aku akan selalu mencintaimu sepenuh hatiku. Donita.” Fitr mengambil tangan Donita. “tolong kamu cintai Fathan seperti sebelumnya. Buatlah dia bahagia dan jagalah dia. Fathan.” Fitri mengambil tangan Fathan. “cintailah Donita seperti kau mencintaimu. Kamu juga harus berjanji akan selalu bahagia. Karena kebahagiaan mu adalah kebahagiaan ku juga.
“kamu ngomong apa sih, fit? Kamu harus bisa bertahan dan hidup bahagia bersama Fathan. karena hanya kamu yang bisa membahagiakan Fathan. Bukan aku atau gadis lain. Kamu harus bisa bertahan, Fita.”kata Donita member semangat pada Fathan.
“nggak, Don. Aku udah nggak kuat lagi. Walaupun aku hidup aku tidak akan bisa ngebahagiain Fathan. Aku hanya akan merepotkan dan membuat sedih Fathan saja. Aku yakin jika Fathan bersamamu dia akan selalu bahagia. Jadi bersatulah kalian berdua dalam naungan Cinta. Aku akan selalu mengawasi kali. Uhuk…uhuk…” Fitri mulai batuk lagi. Dia sudah susah bernafas dan pandangannya mulai kabur. Fathan dan Donita semakin cemas dan panik. Sementara Adly berusaha secepat mungkin tiba di tempat Fitri.
“aku sudah nggak kuat lagi. Maafin semua kesalahanku. Fathan aku akan selalu mencintaimu. East or west love Pangeran Putri is the best. Love you forever. I love you, Pangeran.” Fitri tidak sadarkan diri di pangkuan Fathan. Fathan dan Donita memanggil-manggil Fitri supaya sadar. Sayangnya Fitri tidak kunjung sadarkan diri.
Adly sampai di tempat Fathan, Donita dan Fitri. Mereka segera membawa Fitri ke rumah sakit. Selkama di perjalanan Fathan selalu berusaha membangunkan Fitri dan menangis di hadapan Fitri. Dia menyuruh Adly untuk segera menuju ke rumah sakit.
0 komentar:
Posting Komentar