Nisya masih saja memandang punggung seorang cowok yang duduk di depannya. Sudah sejak setengah jam yang lalu Nisya duduk termenung memandang cowok itu. Dia sudah tidak memperdulikan novel yang sangat ingin dia baca. Sekarang dia lebih ingin memandang cowok yang sudah sering dia lihat dan ia pandangi selama 3 bulan itu. Nisya tahu cowok itu bernama Juna dan bersekolah di SMA 1 yang terletak di dekat perpustakaan.
“Ini pertama kalinya aku jatuh cinta. Selama 17 tahun aku hidup, baru kali inilah aku merasakan perasaan cinta yang sangat indah ini. Aku masih ingat dengan jelas awal pertemuan dan awal aku merasakan perasaan yang indah ini dulu. Juna adalah cowok yang telah membuat perasaan ini tumbuh dengan indah dalam hatiku.” Ucap Nisya dalam hati masih terus memandangi Juna.
Nisya’s flashback
“apakah ini cinta? Perasaan ku berdebar-debar indah ketika memandangnya. Nyaman sekali rasanya. Waktu terasa berhenti lebih lama setiap kami saling bertatapan. Ahh, aku sudah terbuai oleh cinta ini.” Baca Nisya sambil tersenyum bahagia.
“haah, dasar Nisya. Udah terserang virus percintaan dalam novel dia.” Kata Kiran sahabat Nisya.
“iya tuh. Sekarang dia udah masuk ke dalam dunia khayal percintaan dalam novel. Kalau gini terus, kapan dia bisa nemuin kisah cinta yang nyata di dunia ini.” Tambah Sasya sahabat Nisya yang lain.
“eh, lebih baik kita tinggalin aja yuk. Biar aja dia senirian di sini sambil menikmati khayalannya itu.” Bisik Kiran pada Sasya.
“oke deh.” Sasya menyetujui usul Kiran.
Sasya dan Kiran menghitung mundur untuk berlari mninggalkan Nisya. “3,, 2,,, 1… bye Nisya. Kami pergi dulu ya. Selamat melanjutkan mimpi percintaan novelmu. Bye.” Teriak Sasya dan Kiran sambil berlari.
“ hei jangan tinggalin aku dong. Tunggu, aku beresin buku-buku ini dulu. Sasya,, Kiran” Teriak Nisya memanggil ke dua sahabatnya untuk menunggu. Dia berlari mengejar mereka. Sayangnya Sasya dan Kiran sudah berlari keluar perpustakaan.
“hei jangan berlari-larian di perpustakaan.” Teriak penjaga perpustakaan memperingatkan Nisya.
Nisya berjalan menuju tempat meja penjaga perpustakaan sambil menunduk lelah. Dia tidak memperhatikan jalan ke depan, sehingga dia menabrak seorang cowok yang berjalan ke arahnya. Buku-buku yang di bawa Nisya jatuh berantakan di lantai.
“ukh, maaf. Aku nggak memperhatikan jalan. Jadi nabrak kamu.” Kata Nisya sambil menunduk. Dia pun memungguti buku-bukunya yang terjatuh di lantai.
“nggak, apa-apa kok. Lagi pula aku juga salah, jalan sambil baca buku.” Sahut cowok itu sambil memungut bukunya dan membatu Nisya memungut buku-bukunya.
Saat memungut buku yang terakhir, tidak sengaja tangan Nisya bersentuhan dngan tangan cowok itu. Mereka saling memandang satu sama lain. Tiba-tiba perasaan nyaman menghinggapi hati Nisya dan membuat jantung Nisya berdetak cepat. Waktu serasa berhenti saat Nisya memandang cowok itu. Tetapi Nisya segara tersadar menunduk lagi.
“maaf.” Ucap Nisya dan cowok itu berbarengan sambil berdiri. Merka memandang satu sama lain lagi.
“Juna, ayo cepat.” Panggil teman cowok itu yang ternyata bernama Juna.
Juna memberikan buku Nisya yang ia pungut tadi. Nisya menerima buku dari Juna dengan masih memandang Juna. Juna meninggalkan Nisya yang masih terbengong memandang Juna. Nisya merasa waktu terhenti saat dia memandang Juna hingga Juna tidak tampak lagi keluar dari perpustakaan.
Sejak saat itu, Nisya selalu pergi ke perpustakaan untuk memandang dan bertemu dengan Juna. Perasaan cinta mulai tumbuh di hati Nisya. Akan tetapi dia tidak berani mengobrol dengan Juna dan menyatakan cintanya pada Juna. Yang bisa dia lakukan hanyalah memandang Juna dari jauh.
Kembali ke waktu sekarang
Nisya masih memandangi Juna yang sekarang sedang mencari buku. Nisya juga mengikuti Juna dan berpura-pura membaca buku yang dia pilih secara acak. Tetapi dia tetap memandangi Juna dan tidak memperhatikan buku apa yang sedang dia baca. Tiba-tiba Juna datang ke tempat Nisya masih sambil mencari buku. Nisya berpura-pura membaca buku yang dia pilih secara acak. Akan tetapi dia tidak mengerti isi buku itu.
“maaf. Apakah kamu ingin meminjam buku itu?” tanya Juna pada Nisya. Nisya terkejut mendengar pertanyaan Juna. Dia tidak menyangka kalau Juna kan berbicara padanya.
“I..i..iya. aku mau pinjam buku ini” jawab Nisya gugup. Wajahnya bersemu merah karena malu.
“oh. Ya sudah. Apa boleh buat.” Kata Juna kecewa.
Juna berniat meninggalkan Nisya yang masih gugup. Nisya melihat buku yang dia pilih secara acak tadi. Ternyata itu buku tentang kedokteran. Pasti Juna sdang mencari buku ini untuk belajar masuk universitas kedokteran. Nisya tahu bahwa Juna kelas 3 dan akan menghadapi UNAS serta SNMPTN.
“ini. Silakan. Lagi pula aku masih bias meminjamnya lain waktu kok.” Kata Nisya sedikit berteriak sambil menyodorkan buku yang dia pegang. Dia menunduk malu dan gugup.
“apa tidak apa-apa?” Tanya Juna. Nisya memandang wajah Juna dan mengangguk mantap. Juna mengambil buku yang di pegang Nisya sambil tersenyum manis, membuat jantung Nisya berdetak tidak karuan.
“terima..” belum sempat Juna melanjutkan ucapannya, Nisya sudah berlari keluar perpustakaan, “…kasih.”
Orang-orang yang tadi mendengar ucapan keras Nisya, bingung melihat tingkah Nisya. Penjaga perpustakaan juga berteriak kepada Nisya agar tidak berlari di perpustakaan.
“orang yang menarik.” Gumam Juna melihat tingkah Nisya.
Keesokan harinya, Nisya datang lagi ke perpustakaan, tetapi Juna belum datang ke perpustakaan. Dia tampak sangat kelelahan dan kurang tidur. Semalam dia tidak bisa tidur karena memikirkan kejadian kemarin dengan Juna. Nisya memutuskan untuk belajar karena 2 hari lagi ada semesteran. Lagi pula di sekitarnya banyak orang-orang yang belajar, dia jadi merasa tidak enak.
“maaf, apa masih ada meja?” Tanya seorang cowok ke penjaga perpustakaan. Nisya mengenali suara itu. Itu adalah suara Juna. Sontak jantungntya berdegup dengan kencang.
“maaf, mejanya sudah penuh semua.” Jawab penjaga perpustakaan. Juna agak kecewa karena tidak ada meja lagi. Nisya segera membereskan buku-bukunya dan berdiri dari kursinya.
“silakan. Di sini saja. Aku sudah selesai kok. “ kata Nisya saat Juna berjalan melewatinya.
“makasih.” Sahut Juna yang langsung duduk di kursi Nisya tadi.
Nisya berjalan meninggalkan Juna. Nisya tampak kecewa karena Juna tiak mengingatnya. Dia sempat berharap bahwa Juna akan mengingatnya dan mngajak ngobrol dengannya.
“tunggu.” Panggil Juna. Nisya berhenti dan menoleh pada Juna. “kursi ini sudah kosong. Kamu sedang belajar kan. Kamu duduk lah di sini.“ tawar Juna.
Nisya mengangguk mau dan segera berjalan ke tempat duduk di samping Juna. Dia segera duduk dan mengeluarkan bukunya. Nisya sangat senang karena bisa duduk di dekat Juna dan bisa ngobrol akrab dengan Juna. Tetapi, dia segera menghilangkan perasaan bahagianya dan serius mempelajari buku pelajarannya.
“sini tanganmu.” Bisik Juna pada Nisya. Nisya bingung dengan perkataan Juna. Tetapi dia mengulurkan tangannya pada Juna. Juna memberikan coklat pada Nisya.
“eh, coklat?” Nisya tidak percaya bahwa Juna akan memberikannya coklat.
“di sini dilarang makan. Ini rahasia kita berdua ya?” kata Juna sambil membuka coklatnya.
“eh,, te..te..terima kasih. Tapi apa boleh?” sahut Nisya gugup.
“iya. Ini sebagai tanda terima kasihku sama kamu krena memberiku kursi dan pinjaman buku kemarin.” Jawab Juna
Nisya kaget dan senang mendengar jawaban Juna. Dia tidak menyangka bahwa Juna masih mengingatnya karna kejadian kemarin. Saking senangnya dia membuka coklat pemberian Juna dan memakannya bulat-bulat. Tiba-tiba coklat yang dia makan nyangkut di tenggorokannya.
“uhuk…uhuk…uhuk…” Nisya terbatuk-batuk karena coklat yang nyangkut di tenggorokannya.
“hei kamu nggak papa?” tanya Juna khawatir.
Juna menepuk-nepuk punggung Nisya. Akhirnya coklat itu bisa keluar dari tengorokan Nisya. Orang-orang yang ada di perpustakaan heran melihat Nisya dn Juna. Ada juga yang merasa terganggu karena tingkh Nisya. Nisya merasa menyesal karena tingkah dan kebodohannya. Dia mengira pasti Juna menganggap dia bodoh dan tolol. Akan tetapi Juna hanya tertawa saja.
“kemarin dan hari ini kamu benar-benar lucu ya? Hahaha…” kata Juna senang.
Nisya tidak percaya dengan apa yang dikatakan Juna. Dia tersenyum malu pada Juna. Setelah itu mereka berdua diam karena sudah ditegur oleh penjaga perpustakaan. Mereka berdiam dan sibuk mempelajari buku mereka masing-masing. Sesekali Nisya memperhatikan Juna. Tetap dia segera mengalihkan perhatian karena takut dipergoki oleh Juna.
“boleh aku tahu namamu?” tanya Juna tiba-tiba setelah mereka diam selama ½ jam dan membuat Nisya kaget.
“Anisya Salsabila. Tapi biasa dipanggil Nisya.” Jawab Nisya.
“anak SMA 7 ya? Kelas berapa?” tanya Juna lagi.
“iya. Aku kelas 2 SMA.” Jawab Nisya lagi.
“kamu hebat ya. Pulang sekolah masih belajar lagi. Tetapi jangan terlalu memaksakan diri. Ada lingkaran hitam di bawah matamu tuh.” Kata Juna. Nisya merasa malu dan menutupi mukanya. Juna beranjak dari kursinya.
“aku duluan. Bye.” Pamit Juna sambil melangkah pergi meninggalkan Nisya. Nisya agak sedih dan kecewa karena Juna sudah akan pulang. Tetapi baru beberapa langkah Juna berhenti dan berkata, “aku Juna Mikail Ananta. Kelas 3 SMA di SMA 1. Sampai jumpa”
Juna melanjutkan langkahnya meninggalkan perpustakaan. Nisya senang sekali dengan kejadian hari ini. Karena dia bisa lebih akrab dengan Juna. Dia menggenggam erat kertas bungkus coklat yang diberikan Juna tadi. Dia akan menjaga bungkus coklat tadi sebagai barang berharga dan akan membuatnya sebagai pembatas buku.
Keesokan harinya, Nisya datang ke perpustakaan seperti biasa. Tetapi hari ini dia akan belajar karena besok pagi sudah ujian semesteran. Tetapi sekali-kali dia menengok ke arah pintu masuk karena Juna beluam datang.
“maaf buku tentang kesehatan jantung ada di sebelah mana letaknya.” Tanya seorang cowok ke penjaga perpustakaan. Nisya mengenal suara itu. Itu adalah suara Juna.
“tunggu sebentar.” Jawab penjaga perpustakaan yang langsung mencari di komputer. “maaf di sistem komputer tidak ditemukan. Tunggu sebentar ya.” Lanjut pnjaga perpustakaan lagi.
“tidak usah saja. Terima kasih.” Kata Juna kecewa. Juna brniat meninggalkan perpustakaan. Tetapi,,
“kak Juna. Aku bantu carinya ya.” Tawar Nisya.
“nggak usah ah. Perpustakaan ini kan luas. Lagi pula kamu kan sedang belajar. Kakak pinjam lain waktu aja.” Tolak Juna.
“nggak papa kok kak. Aku pasti akan berusaha.”
“ya udah, kalo gitu kita cari berdua aja.” Nisya dan Juna pun mencari buku tentang kesehatan jantung bersama-sama.
Setalah 15 menit mencari, akhirnya Nisya menemukan buku yang di cari Juna. Sayangnya buku itu ada rak atas dan tidak dapat dijangkau oleh Nisya. Nisya berusaha mengambil buku itu. Walaupun sudah memakai kursi pendek, dia tetap tidak bisa menjangkaunya. Akhirnya Nisya ber-jinjit dan dapat mengambil buku itu. Tetapi keseimbangannya goyah dan dia pun jatuh ke belakang.
“waa… aduh..”rintih Nisya kesakitan. Juna yang mendengar teriakan Nisya langsung datang ke tempat Nisya.
“Nisya, kamu nggak apa-apa kan?” tanya Junaa khawatir.
“iya, aku nggak apa-apa kok kak. Oh ya, ini buku yang kakak cari kan? Udah ketemu nie.” Kata Nisya sambil menyerahkan buku yang di cari Juna.
“oh iya, makasih ya.” Kata Juna. Nisya tersenyum senang. Tiba-tiba pembatas buku Nisya dari bungkus coklat yang diberi oleh Juna, terjatuh dari saku rok Nisya.
“ini ada yang terjatuh dari sakumu.” Kata Juna sambil mengambil pembatas buku Nisya.
“ah,, ini… ini barang yang berharga buatku.” Kata Nisya keras karena saking gugupnya. Juna terkejut mendengar teriakan Nisya. Nisya juga sangat malu karena sangat malu dan bersemangat.
“hahaha… karena telalu semangat kamu sampai tersenyum malu. Kamu benar-benar lucu ya.” Kata Juna sambil tersenyum dan membelai kepala Nisya.
Setelah kejadian itu, Nisya dan Juna menjadi sangat dekat. Mereka sering mengobrol bersama dan Juna juga mengajarkan Nisya yang sedang menghadapi ulangan semester ganjil. Perasaan suka Nisya terhadap Juna juga semakin kuat. Tetapi dia belum berani mengungkapkannya langsung dengan Juna.
Satu minggu kemudian, Nisya sedang tidur-tiduran di kamarnya. Dia sedang membayangkan hari-harinya bahagianya akhir-akhir ini. Nisya tersenyum senang jika mengingat Juna. Dia berpikir sekarang dia sedang mengalami kisah cinta yang seperti ada di dalam buku novel yang sering dia baca. Tiba-tiba bunda nya datang ke kamar Nisya.
“Nisya, kamu belum tidur kan?” tanya ibu dari luar kamar.
“iya, bun. Nisya belum tidur kok. Masuk aja.” Jawab Nisya sambil membereskan buku-bukunya yang berserakan di tempat tidur. Bunda pun masuk ke dalam kamar Nisya. “ada apa, bun?” tanya Nisya. Bunda duduk di tempat tidur Nisya.
“begini, barusan ayah telpon dari Jakarta. Ini memang mendadak. Sepertinya ayah sudah pasti akan dipindah tugaskan di Jakarta. Makanya minggu depan kita akan pindah ke Jakarta. Lagi pula kamu kan juga akan masuk ke semester dua. Makanya semester dua besok kamu akan sekolah di Jakarta. Mama sangat kaget mendengar berita ini. Sampai-sampai gagang telpon mama jatuhkan. “ kata Mama.
Nisya shock mendengar kabar itu. Dia tidak menyangka akan pindah ke Jakarta. Padahal dia sudah bisa dekat dengan Juna. Rasanya di tidak ingin pindah dari kota Yogyakarta ini. Tetapi mau gimana lagi. Ini sudah keputusan dari orang tuanya.
Di sekolah, Nisya sudah mengabarkan kepindahannya kepada ke dua sahabatnya. Mereka juga sangat terkejut mendengar kabar dari Nisya.
“minggu depan!! Kok cepat banget sih, nis?” tanya Kiran terkejut.
“iya. Ini juga sekalian karena sudah mau akhir semester ganjil. Jadi nanti aku semester ke dua ada di sana.” Jawab Nisya sedih.
“kamu pindah kemana? Jauh nggak? minta alamat barumu dong?” tanya Nisya berbondong-bondong.
“hei kamu tuh, nanya satu-satu dong. Jangan langsung gitu. Nisya kan jadi bingung.” Kata Kiran.
“udah, nggak apa-apa kok, kir. Kata bunda, ayah di pindah tugaskan ke kantor pusat di Jakarta. Aku belum tau alamatnya. Tapi besok kalau udah tau, aku kasih tahu kalian kok.” Ujar Nisya.
“lalu kak Juna gimana? Udah kamu kasih tahu?” tanya Kiran. Nisya hanya bisa terdiam sedih. Dia sudah memikirkan masalah kepindahnnya dan kak Juna semalam. Tetapi dia tidak tahu harus gimana.
Nisya hanya bisa mengeleng dan berkata, “aku juga belum tau gimana. Aku belum siap pisah sama kak Juna. Aku udah terlajur suka dan sayang sama dia. Kayaknya aku belum bisa datang ke perpustakaan hari ini deh.” Nisya sedih karena harus pisah dengan kak Juna.
“sabar ya, nis. Pasti ada jalan keluarnya kok.” Kata Sasya dan Kiran menghibur Nisya. Nisya mengangguk sambil tersenyum sedih.
Sudah 3 hari Nisya tidak datang ke perpustakaan. Dua hari lagi dia sudah akan pergi meninggalkan kota tercintanya Yogyakarta dan pindah ke ibukota Indonesia Jakarta. Sejujurnya disa sudah sangat rindu sekali ingin bertemu dengan Juna. Tetapi dia masih belum bisa bertemu dengan Juna. Dia juga tidak tahu harus bilang apa jika bertemu dengan Juna.
Karena sudah tidak tahan lagi ingin bertemu dengan Juna, Nisya memutuskan pergi ke perpustakaan. Saat tiba disana, ternyata Juna belum datang. Nisya hanya duduk dan membaca novel di salah satu kursi. 15 menit kemudian, Juna tiba di perpustakaan. Dia berjalan menuju meja penjaga perpustakaan untuk mengembalikan buku.
Nisya masih belum siap menemui Juna. Dia bersembunyi di salah satu rak buku yang tidak jauh dari meja penjaga perpustakaan. Di rak itu juga adalah tempat dulu dia ngobrol untuk pertama kalinya dengan Juna. Dari tempatnya bersembunyi Nisya dapat mendengar suara Juna yang sangat ia rindukan.
“ini saya mau mengembalikan buku.” Kata Juna menyerahkan bukunya. Petugas itu melihat buku yang akan dikembalikan Juna.
“iya, sudah. Nanti biar saya kembalikan di rak.” Kata penjaga perpustakaan.
“tidak usah. Biar saya saja yang mengembalikan. Lagi pula saya juga ingin mencari buku di rak tempat buku itu.” Kata Juna sambil mengmbil buku yang dikembalikannya tadi.
“oh ya, terima kasih.” Ucap penjaga perpustakaan. “ah, ngomong-ngomong, akhir-akhir ini kamu tidak pernah bareng sama pacarmu lagi? Kemana sebenarnya dia?” tanya penjaga perpustkaan.
“apa? Siapa?” tanya Juna balik
“itu gadis yang berambut panjang itu. Yang sering belajar bareng sama kamu.” Kata pnjaga perpustakaan.
“haduh,, ibu lihat ya? Saya juga nggak tau kenapa dia tidak datang. Lagi pula saya juga nggak kenal dekat dia. ” sahut Juna malu.
“lho, saya kira kamu pacaran sama dia. Habisnya dia selalu tersenyum mesra padamu sih. Makanya saya kira kamu pacaran sama dia.” Ujar penjaga perpustakaan itu.
“jangan salah paham. Kami Cuma teman saja. Nggak lebih. Jangan berpikir yang aneh-aneh. Ya sudah, saya mau ngembaliin buku ini dulu sambil mau pinjam buku lagi. Permisi.” Pamit Juna
“maaf ya, saya cuma mau menggodamu. Ya sudah silakan. Kalau ada yang mau ditanyakan, datang kesini sja.” Kata penjaga perpustakaan.
Juna meninggalkan meja penjaga perpustakaan. Dia menuju ke rak yang dulu pertama kali dia ngobrol dengan Nisya karena buku itu berada di tempat itu. Dia melihat Nisya juga ada di tempat itu. Dia mendatangi Nisya dan menyapanya.
“Nisya. Akhirnya kamu datang juga. Selama ini aku cari-cari kamu, tetapi kamu nggak pernah datang. Oh ya, ini. Maaf aku yang pinjam duluan. Trima kasih ya.” Kata Juna. Dia menyodorkan buku yang dulu dia pinjam dan membuat Nisya bisa berbicara dengan Juna. Nisya kembali mengingat hari itu. Hari di mana dia bisa mengobrol dengan Juna.
“aku tidak bisa meminjamnya lagi. Karena aku harus segera pindah.” Kata Nisya sedih.
“eh, maksudmu?” Juna terkejut dan bingung mendengar perkataan Nisya.
“sebenarnya aku tidak pernah bisa baca buku sesulit itu. Aku hanya bisa membaca komik dan cerpen. Aku juga datang ke sini bukan untuk belajar. Aku selalu datang kesini karena aku menunggu kedatangan kakak. Selalu setiap hari. Aku selalu suka sama kaka. Selamat tinggal. Permisi.” Akhirnya Nisya bisa juga mengatakan perasaannya. Dia lega, walaupun akhirnya dia bertepuk sebelah tangan. Nisya menahan tangisnya selama mengatakan yang sebenarnya pada Juna. Setelah mengatakan itu, Nisya berlari meninggalkan Juna yang terkejut mendengar perkataannya. Nisya berlari smbil menangis mengingat nasib cinta pertamanya.
Nisya akhirnya harus pindah ke Jakarta. Dia menyiapkan barng-barangnya. Saat menemukan pembatas buku dari bungkus coklat yang diberikan Juna, Nisya jadi teringat lagi pada Juna. Tetapi di mencoba menghilankan bayangan Juna dari pikirannya. Akhirnya Nisya membuang pembatas buku itu. Dia sudah bertekad tidak akan mengingat Juna lagi. Dia akan memulai hidup baru di Jakarta dan mencari cinta baru di sana. Nisya dan keluarganya berangkat ke Jakarta.
Sudah satu minggu lebih Nisya dan keluarganya tinggal di Jakarta. Akan tetapi dia belum bisa melupakan Juna dari pikirannya. Dia masih saja terus mengingat Juna dan merindukannya. Akhirnya, Nisya datng k perpustakaan yang ada di Jakarta yang tidak jauh dari tempat tinggalnya.
Tiba di perpustakaan itu, entah kenapa langkah kaki Nisya membawanya pergi menuju tempat rak biologi. Dia juga mengambil buku tentang kedokteran yang dulu bisa membuatnya mengobrol dengan Juna setelah hanya bisa memandangi Juna selama 2 bulan. Nisya membuka-buka buku itu. Akan tetapi tetap saja dia tidak mengerti isi buku itu. Nisya mendekap buku itu. Dia memejamkan matanya dan kembali membayangkan saat dulu dia mengobrol dengan Juna. Dia masih sangat mengenal gya bicara Juna.
“kamu mau meminjam buku itu.” Nisya merasa seperti mendengar suara Juna. Tetapi dia merasa kalau dia telah berhalusinasi.
“kamu mau meminjam buku itu.” Suara itu terdengar lagi sebanyak 2x dan seperti semakin dekat. Nisya heran kenapa bisa begitu. Setelah terdengar untuk ke tiga kalinya, akhirnya Nisya membuka matanya dan berbalik ke belakang. Dia sangat terkejut melihat Juna ada di hadapannya. Dia merasa ini mimpi. Nisya mencubit pipnya yang ternyata terasa sangat sakit. Ternyata ini bukan mimpi dan khayalan Nisya. Juna memang benar-benar berdiri di hadapannya.
“lama tidak bertemu, Nisya.” Kata Juna.
“haa? Bagaimana bisa kakak ada di sini?” tanya Nisya bingung.
“apa maksudmu tentu saja aku meminjam buku itu.di perpustakaan-perpustakaan di Yogyakarta nggak ada. Aku mencarinya di mana-mana. Akhirnya ketemu juga. Itu yang kamu bawa.” Jelas Juna menunjuk buku yang di bawa Nisya.
“aneh. tapi kan, kakak udah pernah pinjam buku ini dulu.” Kata Nisya bingung sambil memperlihatkan buku yang dia bawa. Juna melihat buku yang di bawa Nisya dan menggaruk rambutnya yang tidak gatal karena malu dan panik.
“haah.. memang gawat kalau tidak ada kamu. Makanya aku ingin bertemu denganmu, Nisya. Jangan bicara dan kabur begitu saja. Setelah kamu pergi, aku berusaha mencari ke sekolahmu dan bertanya pada teman-temanmu. Akhirnya aku tahu alamatmu yang baru dan datang ke rumahmu tadi. Tapi kamu tidak ada di rumah. Saat lewat perpustakaan ini, aku berpikir kamu ada di sini….” Jelas Juna yang langsung di hentikan oleh Nisya.
“Terima kasih karena kakak sudah mencariku dan menganggapku sebagai teman.” Kata Nisya memotong penjelasan Juna. Dia membungkuk agar bisa menahan air matany yang hampir keluar. Dia tidak ingin terlalu berharap dan patah hati lagi.
“ahh… jangan-jangan kamu dengar pembicaraanku dengan penjaga perpustakaan itu ya?” Tanya Juna sambil mengacak-acak rambutnya karena malu.
“iya. Makanya aku tidak mau dengar jawaban untuk pernyataan cintaku untuk kakak.” Kata Nisya masih sambil membungkuk.
“haah.. bodoh.. ngobrol dengan orang lain di tempat seperti itu, mana mungkin aku mengatakan perasaanku yang sebenarnya.” Sahut Juna kesal. Dia memegang bahu Nisya agar berdiri tegak dan memeluknya dengan lembut.
“apa aku bisa menyatakan selamat tinggal setlah gadis yang aku sukai menyatakan perasaannya padaku?” lanjut Juna. Nisya terkejut mendengar pernyataan Nisya. “aku cinta kamu, Nisya.” Nisya bahagia mendengar pernyataan Juna.
“aku juga cinta kakak dari dulu, sekarang, dan selamanya.” Kata Nisya senang.
Mereka berpelukan selama beberapa waktu untuk melepas rasa kangen dan bahagia mereka. Setelah itu Juna melepas pelukannya dan mengajak Nisya untuk duduk di salah satu kursi. Dia ingin mengobrol dan menyampaikan berita untuk Nisya.
“Nis, sebenarnya aku datang ke Jakarta selain mau ketemu kamu, aku juga sekalian mau ngajuin karya ilmiah ku ke UI. Sebenarnya dulu aku sering ke perpustakaan karena nyari reverensi untuk makalah karya ilmiah buat ngajuin beasiswa kuliah di UI. Ternyata aku dapet beasiswa itu. Makanya setelah lulus SMA, aku akan langsung pindah k Jakarta dan ngelanjutin kuliah di UI jurusan kedokteran.” Kata Juna menyampaikan kabar gembira pada Nisya.
“yang benar kak. Selamatnya ya kak. Aku ikut senang dengernya.” Kata Nisya senang.
“iya. Sama-sama. Ini juga berkat kamu juga kok. Dulu aku nyari-nyari buku kedokteran ini buat reverensi. Tetapi buku ini sulit banget di temukan. Aku udah nyari kemana-mana dan aku tau kalau di perpustakaan dekat sekolah ada bukunya. Sayangnya buku itu nggak ada di system computer dan nyarinya juga sulit. 3 hari aku cari buku itu, tapi berkat kamu aku bisa pinjam buku itu dan makalah ku bisa selesai dengan baik dapat nilai sempurna. Makasih ya.” Cerita Juna.
“iya, kak. Sama-sama. Jadi kakak bakalan mulai tinggal di Jakarta 6 bulan lagi?” Tanya Nisya.
“iya. Rencananya 3 hari lagi kakak balik ke Yogya buat persiapan UNAS. Kakak nggak bisa ke Jakarta selama 6 bulan ini karena persiapan UNAS. Kamu nggak apa-apa kan kalau kakak nggak kesini? Dan Kamu mau kan nunggu kakak sampai kakak bisa lulus dan pindah ke sini?” Tanya Juna.
“iya. Aku nggak apa-apa kok kak. Lagi pula kita kan masih bisa berhubungan pake HP, E-Mail, dll. Aku pasti akan selalu nunggu kakak. Karena aku sayang sama kakak.” Kata Nisya tersenyum senang.
“makasih Nisya. Kakak juga sayang kamu kok.” Kata Juna mencium kening Nisya.
6 bulan kemudian
Nisya menunggu kedatangan Juna di bandara yang akan setengah jam lagi. Dia sudah tidak sabar ingin bertemu dengan Juna setelah 6 bulan berpisah. Setelah mereka jadian, Juna dan Nisya terpaksa berpisah sementara karena Juna harus mempersiapkan diri untuk menghadapi UNAS. Selama 6 bulan mereka hanya berhubungan dengan alat telekomunikasi saja. Tetapi sekarang merka bisa saling melepas rindu dan bersama-sama selamanya.
15 menit, Nisya menunggu. Akhirnya pesawat Juna tiba juga di bandara. Nisya segera mencari Juna di antara orang-orang yang baru tiba di Jakarta. Nisya mencoba memejamkan mata dan mendengar suara kaki langkah Juna dari banyak suara langkah orang di bandara itu. Nisya sudah sangat hapal suara kaki langkah Juna walaupun banyak suara kaki langkah orang. Dia segera menemukan suara langkah kaki Juna yang berdiri tidak jauh darinya. Nisya membuka matanya dan melihat Juna yang tidak jauh darinya. Dia segera berlari ke arah Juna. Juna juga berlari ke arah Nisya dan mereka pun berpelukan di tengah-tengah orang-orang yang berjalan di sekitar mereka.
“akhirnya kakak datang juga. Aku kangen sekali sama kakak.” Kata Nisya dipelukan Juna
“aku juga kangen sama kamu, Nis.” Kata Juna sambil membelai rambut Nisya.
“I Love You, kak Juna.” Kata Nisya lembut sambil melepas pelukannya.
“I Love You To, Nisya.” Balas Juna sambil mencium kening Nisya.
Mereka pun berjalan berpelukan meninggalkan bandara menuju ke rumah paman Juna yang akan dia tempati selama di Jakarta. Setelah itu hubungan Nisya dengan Juna semakin harmonis saja. Mereka sering pergi ke perpustakaan untuk berpacaran sambil membaca buku. Mereka saling mencintai satu sama lain untuk selamanya.
SELESAI